Bisnis.com, JAKARTA - Harga tembaga berhasil menghentikan penurunan dalam lima perdagangan beruntun pada perdagangan Jumat (15/11/2019) karena komentar dari pejabat senior AS bahwa Washington dan Beijing semakin dekat dengan pakta perdagangan.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 18.10 WIB harga tembaga menguat 0,29 persen menjadi US$5.821 per ton. Sepanjang pekan ini, harga tembaga telah terdepresiasi sekitar 2,7 persen dan terkoreksi selama lima perdagangan berturut-turut.
Adapun, tembaga berhasil menguat di saat mayoritas logam dasar lainnya bergerak melemah. Nikel telah melemah 1,07 persen menjadi US$14.955 per ton, diikuti oleh aluminium dan timah yang masing-masing melemah 0,77 persen dan 0,59 persen. Selain itu, seng juga telah bergerak melemah 0,38 persen.
Penasihat Ekonomi AS Larry Kudlow mengatakan bahwa AS dan China semakin dekat dengan perjanjian perdagangan dan pembicaraan telah berjalan sangat konstruktif. Sentimen tersebut berhasil membawa optimisme pasar bahwa permintaan logam akan pulih dan mendorong harga.
Seperti yang diketahui, tembaga telah bergerak melemah sepanjang tahun berjalan 2019, terkoreksi sekitar 2 persen sebagai dampak dari perang dagang AS dan China yang telah melemahkan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan logam secara keseluruhan.
Di sisi lain, Fitch Solutions dalam risetnya mengatakan bahwa meskipun prospek kesepakatan tahap pertama semakin dekat, pihaknya percaya bahwa perbedaan struktural pada sejumlah masalah antara AS dan China akan menghambat penyelesaian sengketa perdagangan bilateral hingga setidaknya setelah pemilihan Presiden AS November 2020.
“Akibatnya, sentimen untuk logam dasar akan tetap lemah dalam beberapa minggu mendatang dan hingga 2020, terutama untuk tembaga dan aluminium di mana gambaran fundamental terus mengecewakan," tulis Fitch dalam risetnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (15/11/2019).