Bisnis.com, JAKARTA – Dalam 1 tahun, saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terkoreksi 44,55%. Rasio harga per laba (price to earnings ratio/PER) pun turun ke level 6,43 kali. Inikah saatnya buy on weakness PTBA?
Berdasarkan data Bloomberg, PTBA ditutup di level Rp2.460 per saham pada akhir perdagangan Kamis (14/11/2019). PTBA terkoreksi 90 poin atau turun 3,53%.
Dalam 52 pekan terakhir, emiten batu bara itu bergerak di rentang harga Rp2.110-Rp5.025 per saham.
Bagaimana capaian kinerja PTBA per kuartal III/2019. Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2019, pendapatan PTBA masih tumbuh 1,31% secara tahunan, tetapi labanya tergerus 21,08% year-on-year.
Analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus merekomendasikan tahan untuk PTBA setelah melihat kinerja periode Januari—September 2019. Dia juga menurunkan target harga dalam 12 bulan ke depan dari posisi Rp3.000 per saham menjadi Rp2.400 per saham.
“Kami melihat kinerja keuangan PTBA masih akan tertekan dari penurunan harga batu bara global dimana kami mengekspektasikan harga jual rerata pada 2020 akan berada di level US$75 per ton seiring dengan ekspektasi pengetatan impor batubara pada mayoritas pengimpor batu bara terutama China,” sebutnya dalam riset.
Baca Juga
Menurutnya, memang terjadi peningkatan impor batu bara di China pada Juli 2019 menjadi 25,14 juta ton atau naik 17,5% yoy. Namun, hal itu lebih didorong oleh faktor musiman karena China mengantisipasi untuk menghadapi musim dingin.
Selain itu, persediaan dan juga produksi batu bara China juga terus meningkat sehingga akan berdampak pada penurunan permintaan akan batu bara ke depan.
“Rekomendasi kami setara dengan proyeksi PER 6,7 kali pada 2020, yang menggunakan metode valuasi berdasarkan rata-rata PER 5 tahun terakhir yaitu PER 6,10 kali pada 2020,” ungkapya.
Juan menambahkan rerata harga batu bara acuan tercatat US$81,9 per ton atau turun 17,7% yoy, penurunan ini sejalan dengan penurunan harga rerata PTBA pada kuartal III/2019 yaitu Rp776.000 per ton. Dia pun menurunkan proyeksi untuk harga global batubara pada 2020 pada kisaran US$75 per ton.
Hal ini didasari oleh ekspektasi harga batu bara yang masih akan tertekan pada semester II/2019 disebabkan oleh adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat persediaan batu bara yang tinggi di negara-negara mayoritas pengimpor batu bara.
“Hal ini akan berdampak pada penurunan aktivitas pembelian dan permintaan akan batu bara. Penurunan proyeksi harga batu bara global ini menyebabkan kami merevisi turun laba bersih 2020 menjadi Rp3,8 triliun atau turun 15,4% yoy,” katanya.
Di sisi lain, Analis BNI Sekuritas Firman Hidayat merekomendasikan beli untuk saham PTBA dengan target harga Rp3.250 per saham. Kendati demikian Firman merevisi target harga sebelumnya yang dipatok dapat mencapai Rp3.920 per saham.
Berdasarkan metode valuasi PER ke depan di level 6,5 di bawah rata-rata PER 5 tahun seberat 70% dan penilaian target hasil dividen sebesar 6,6% dengan rata-rata 5 tahun seberat 30%.
“Kami merevisi estimasi pendapatan untuk periode 2019—2020 tapi tetap menjaga rekomendasi beli dengan menurunkan target harga karena kondisi bisnis yang masih tidak menentu,” katanya.
Firman pun merevisi turun estimasi laba 2019—2020 masing-masing menjadi Rp4,3 triliun dan Rp4,5 triliun yang lebih rendah 16,7% dan 17,7% dari perkiraan sebelumnya.
Menurutnya, kinerja keuangan PTBA dapat melesat dengan mempertimbangkan dua faktor. Pertama, pengurangan biaya produksi dan biaya transportasi yang lebih rendah dengan memperluas kapasitas kereta api.
“Faktor kedua diversifikasi ke bisnis non-batu bara seperti pembangkit listrik dan proyek batubara hilir. Oleh karena itu, jika perusahaan meleset dari target, akan ada risiko penurunan terhadap harga saham saat ini,” pungkasnya.
Berdasarkan konsensus analis Bloomberg, rerata target harga PTBA untuk 12 bulan ke depan ada di level Rp2.764 per saham.
Dari 23 analis yang memberikan rekomendasi terhadap PTBA, sebanyak 9 analis merekomendasikan beli, 14 analis hold, dan 4 analis jual.
Rekomendasi Analis untuk Saham PTBA | ||
---|---|---|
Sekuritas | Rekomendasi | Target Harga (Rp) |
Kresna Securities | buy | 3.100 |
Trimegah Securities Tbk PT | buy | 2.800 |
BNI Securities | buy | 3.250 |
Panin Sekuritas | hold | 2.400 |
PT NH Korindo Securities Indonesia | hold | 2.300 |
Macquarie | outperform | 3.450 |
Sucorinvest Central Gani | hold | 2.170 |
Mirae Asset Daewoo Co.,Ltd. | hold | 2.160 |
RHB Research | sell | 2.170 |
Ciptadana Sekuritas | hold | 2.550 |
Morgan Stanley | Equalwt/Attractive | 2.386 |
J.P. Morgan | neutral | 2.600 |
DBS Bank | buy | 3.300 |
Danareksa | buy | 4.400 |
Credit Suisse | neutral | 3.400 |
Sumber: Bloomberg, per 14 November 2019.