Kurs Tengah Rupiah Melemah 19 Poin, Mayoritas Mata Uang di Asia Menguat

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Selasa (12/11/2019) di level Rp14.059 per dolar AS, melemah 19 poin atau 0,13 persen dari posisi Rp14.040 pada Senin (11/11/2019).

Kurs jual ditetapkan di Rp14.129 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp13.989 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp140.

Adapun berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menguat 14 poin atau 0,1 persen ke level Rp14.052 per dolar AS pada pukul 11.20 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Rupiah sebelumnya dibuka di zona hijau dengan penguatan 11 poin atau 0,08 persen ke level Rp14.056 per dolar AS. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada kisaran Rp14.055-Rp14.062 per dolar AS.

Pada perdagangan kemarin, Senin (11/11/2019), rupiah ditutup melemah 53 poin atau 0,38 persen ke level Rp14.067 per dolar AS.

Mata uang lainnya di Asia cenderung bergerak menguat, dipimpin oleh won Korea Selatan yang terapresiasi 0,23 persen dan disusul yuan China yang menguat 0,1 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain, yen Jepang mencatat pelemahan tersebesar terhadap dolar AS yang mencapai 0,07 persen pada pukul 11.17 WIB (lihat tabel).

Dilansir Bloomberg, won Korea Selatan menguat sementara mata uang negara berkembang Asia lainnya stabil karena investor menunggu perkembangan selanjutnya dalam pembicaraan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau menguat 0,029 poin atau 0,03 persen ke level 98,229 pada pukul 11.40 WIB.

Indeks dolar AS mengawali perdagangan hari ini dengan dibuka menguat 0,017 poin atau 0,02 persen ke level 98,217, setelah pada akhir perdagangan Senin (11/11) ditutup melemah 0,153 poin atau 0,16 persen di posisi 98,200.

Dilansir Bloomberg, investor sedang mencari tajuk berita utama yang dapat mengarah pada kesepakatan perdagangan fase pertama antara AS dan China setelah pesan beragam dari Gedung Putih dan penundaan pertemuan meningkatkan kekhawatiran bahwa negosiasi dapat terhenti.

"Pasar gelisah," kata Matt Forester, kepala investasi di BNY Mellon's Lockwood Advisors.

"Kami akan membutuhkan lebih banyak informasi konkret tentang struktur dan waktu segala jenis pengaturan perdagangan akhir, tetapi sementara itu kami bergerak terhadap potongan-potongan informasi,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Sumber: Bank Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel