Bisnis.com, JAKARTA — PT Adhi Karya (Persero) Tbk. masih berharap ada pembayaran dari proyek light rail transit (LRT) kembali sebelum berganti tahun.
Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi M. mengatakan sebelumnya perseroan telah menerima pembayaran senilai Rp1,4 triliun termasuk pajak untuk proyek ini. Pembayaran tersebut diterima pada bulan lalu dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pengelola proyek LRT.
“Harapan kami bisa masuk di akhir tahun. Kami sudah mengajukan kurang lebih Rp1,2 triliun,” ujarnya seusai acara pengecoran terakhir Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan di Jakarta, Senin (11/11/2019).
Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis, emiten dengan kode saham ADHI tersebut telah menerima empat kali pembayaran proyek LRT Jabodebek. Pertama, senilai Rp3,4 triliun untuk progres dari September 2015—September 2017. Kedua, senilai Rp2,5 triliun untuk progres Oktober 2017 hingga Juni 2018.
Ketiga, senilai Rp1,2 triliun untuk progres dari Juli 2018—September 2018 dan keempat pada bulan lalu senilai Rp1,4 triliun berdasarkan progres pekerjaan dari Oktober 2018 hingga Maret 2019. Dengan demikian, perseroan telah menerima pembayaran total sekitar Rp8,5 triliun dari proyek LRT.
Pembayaran LRT Jabodebek dilakukan oleh Pemerintah melalui PT KAI (Persero) berdasarkan hasil progres pekerjaan yang telah dievaluasi dan diperiksa oleh BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).
Baca Juga
Melalui pembayaran proyek-proyek yang dikerjakan ADHI, Entus melanjutkan, pihaknya juga berharap kas operasional menjadi positif pada akhir tahun. Per 30 September 2019, perseroan mencatatkan arus kas operasi negatif Rp3,08 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan arus kas operasi periode yang sama tahun lalu senilai Rp2,09 triliun.
“Harapan kami bisa positif di akhir tahun, tetapi kalau pun misalnya defisit bisa di bawah Rp1 triliun karena sudah ada beberapa [proyek] yang cair,” kata Entus.
Terkait dengan raihan kontrak baru perseroan, dia kembali mengemukakakan bahwa perseroan merevisi target perolehan kontrak karena proses tender dan pembangunan proyek banyak yang mundur.
Pada awalnya, ADHI menargetkan kontrak baru senilai Rp30 triliun sepanjang tahun ini. Hingga September 2019, perolehan kontrak baru ADHI tercatat senilai Rp7,6 triliun.
Realisasi ini utamanya berasal dari Gedung Kampus Institut Teknologi dan Kesehatan Jakarta senilai Rp136 miliar dan Gedung Apartemen Grand Central Bogor senilai Rp250 miliar.
Dari tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung sebesar 73,8%, jalan dan jembatan sebesar 3,9%, serta proyek infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalan kereta api, dan proyek-proyek EPC sebesar 22,3%.
Progres LRT
Sampai dengan 1 November 2019, pembangunan prasarana LRT Jabodebek Tahap I telah mencapai 67,3%. Berdasarkan data perseroan, apabila diperinci pada periode tersebut Lintas Cawang—Cibubur telah mencapai 86,2%. Sementara itu, Lintas Cawang—Kuningan—Dukuh Atas mencapai 58,3% dan Lintas Cawang—Bekasi Timur mencapai 60,5%.
Pembangunan ketiga lintas tersebut diproyeksikan selesai pada tahun depan dan mulai beroperasi pada 2021.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan saat ini untuk pembangunan LRT fase II dengan rute Cibubur—Bogor sepanjang 25 kilometer sedang dalam tahap desain.
“Kebutuhan dananya sekitar Rp12 triliun, tetapi belum dihitung,” katanya.
Diperkirakan pembangunan prasana LRT tahap kedua ini membutuhkan waktu selama 3 tahun. Perseroan pun menyatakan siap memulai pembangunan, tetapi masih menunggu keputusan pemerintah kapan waktu yang tepat untuk groundbreaking.