Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat Pascarilis Data PDB Kuartal III

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mempertahankan reboundnya dan menguat pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (5/11/2019).
Pengunjung berjalan di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (10/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pengunjung berjalan di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (10/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mempertahankan reboundnya dan menguat pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (5/11/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 0,62 persen atau 38,6 poin ke level 6.218,95 pada akhir sesi I dari level penutupan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (4/11), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.180,34 dengan pelemahan 0,43 persen atau 26,85 poin, koreksi hari perdagangan ketiga berturut-turut.

Indeks mulai bangkit dari pelemahannya ketika dibuka naik 0,39 persen atau 24,09 poin di posisi 6.204,44 pada Selasa (5/11) pagi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 6.195,3 – 6.226,26.

Tujuh dari sembilan sektor menetap di zona hijau, dipimpin pertanian (+2,17 persen) dan aneka industri (+1,54 persen). Adapun sektor properti dan infrastruktur masing-masing turun 0,35 persen dan 0,01 persen.

Sebanyak 213 saham menguat, 166 saham melemah, dan 280 saham stagnan dari 659 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing naik 1,92 persen dan 2,18 persen menjadi pendorong utama IHSG pada akhir sesi I.

Sementara itu, indeks Bisnis-27 menguat 0,94 persen atau 5,09 poin ke level 546,06. Indeks saham syariah Jakarta Islamic Index bahkan naik tajam 1 persen atau 6,8 poin ke posisi 687,99 pada akhir sesi I.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III/2019 sebesar 5,02 persen secara tahunan.

Pertumbuhan ekonomi secara kuartalan masih tumbuh 3,06 persen. Adapun secara kumulatif masih tumbuh 5,04 persen.

“Ini masih tidak terlalu curam dibandingkan negara maju dan negara berkembang lain di tengah perang dagang,” ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Selasa (5/11/2019).

Suhariyanto menjelaskan, kondisi perekonomian global masih sangat diliputi dengan ketidakpastian di mana perang dagang masih berlangsung, tensi geopolitik di beberapa kawasan, dan harga komoditas yang fluktuatif yang menuju penurunan.

Harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional pada kuartal III/2019 turun dibandingkan dengan periode yang sama 2018.

"Hal ini berpengaruh ke penurunan ekonomi di negara-negara maju dan berkembang termasuk Indonesia," katanya.

Seiring dengan penguatan IHSG, indeks saham lain di Asia rata-rata juga bergerak positif, di antaranya indeks Hang Seng Hong Kong (+0,59 persen) dan indeks Kospi Korea Selatan (+0,50 persen).

Di China, dua indeks saham utamanya, Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing menguat 0,77 persen dan 0,93 persen pada pukul 12.04 WIB. Adapun indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing naik tajam 2 persen dan 1,77 persen.

Bursa Asia menguat di tengah meningkatnya optimisme atas tercapainya kesepakatan dagang Amerika Serikat-China sehingga mendorong minat investor global untuk aset-aset berisiko.

Dalam beberapa hari terakhir, baik pihak AS maupun China telah memberikan tanda-tanda kemajuan yang menggembirakan terkait pembicaraan perdagangan kedua belah pihak.

Masing-masing negara telah saling melemparkan tarif impor terhadap barang-barang satu sama lain dalam perang dagang yang telah berlangsung selama 16 bulan dan meningkatkan momok resesi global.

Oleh karenanya, setiap progres dalam menyelesaikan perselisihan perdagangan berpotensi mendorong kenaikan dolar AS dan aset-aset berisiko, sekaligus mengurangi kekhawatiran tentang prospek ekonomi dan kebutuhan untuk pelonggaran moneter yang agresif.

Pada Selasa (5/11), Presiden China Xi Jinping mengatakan komunitas global perlu untuk meruntuhkan hambatan-hambatan perdagangan.

“Ketidakpastian ekonomi sedang surut. Itu berarti siapapun yang telah menunda kegiatannya, baik di ekonomi riil dan pasar keuangan, menjadi aktif,” ujar Masaru Ishibashi, general manager perdagangan di Sumitomo Mitsui Bank, dikutip dari Reuters.

Turut merespons perkembangan ini, di pasar mata uang domestik, nilai tukar rupiah terpantau menguat tipis 4 poin atau 0,03 persen ke level Rp14.010 per dolar AS pukul 11.58 WIB.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper