Bisnis.com, JAKARTA - PT Krakatau Steel Tbk. berharap dapat menuntaskan restrukturisasi utang senilai total US$2,2 miliar pada tahun ini.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan restrukturisasi utang telah mencapai 78% dari utang yang akan direstrukturisasi senilai US$2,2 miliar.
Pada 30 September 2019, produsen baja pelat merah ini melakukan penandatanganan perjanjian kredit restrukturisasi dengan para kreditur.
Sejumlah bank dan lembaga pembiayaan itu yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank ICBC Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank), PT Bank Central Asia Tbk.
Silmy menyampaikan perseroan akan menuntaskan restrukturisasi utang terhadap 22% lainnya pada akhir tahun ini. Utang tersebut berasal dari 4 bank swasta.
"[Restrukturisasi utang] 78% dari US$2,2 miliar," katanya pada Selasa (5/11/2019).
Baca Juga
Sejalan dengan restrukturisasi utang senilai total US$2,2 miliar dengan sejumlah kreditur, pinjaman jangka pendek KRAS turun signifikan dari US$1,13 miliar menjadi US$476,89 juta per September 2019 atau menyusut US$654,3 juta.
Namun, pinjaman jangka panjang justru meningkat dari US$811,7 juta menjadi US$1,52 miliar.
Dengan proporsi tersebut, beban keuangan KRAS masih mengalami kenaikan dibandingkan dengan posisi akhir kuartal III/2018. Beban keuangan KRAS per kuartal III/2019 tercatat US$92,82 juta, naik 17,34% dari US$79,1 juta.
Secara total, liabilitas Krakatau Steel meningkat 7,4% dari US$2,49 miliar menjadi US$2,68 miliar per 30 September 2019. Dengan asumsi kurs Rp14.100 per dolar AS, total liabilitas BUMN itu mencapai Rp37,83 triliun.
Setelah restrukturisasi selesai, perusahaan akan fokus pada transformasi untuk membenahi kinerja yang merugi sejak 2012 itu. Silmy optimistis hasil restrukturisasi bakal tercermin pada perolehan laba pada kuartal I/2020. Pihaknya menyebut perlu waktu 3-5 tahun untuk membuat KRAS kembali sehat, setelah rugi sejak 2012.
Lebih lanjut, terkait rencana divestasi anak usaha, Silmy mengaku tidak ingin terburu-buru.
Sebagai informasi, divestasi anak usaha merupakan bagian rencana KRAS yang disetujui dalam RUPST 2018, untuk membalikkan kinerja perseroan menjadi laba.
Perusahaan tengah menjajaki divestasi sejumlah anak usaha seperti PT Krakatau Tirta Industri (KTI), PT Krakatau Bandar Samudera (KBS), dan PT Krakatau Daya Listrik (KDL). Dalam laporan keuangan per 30 September 2019, kepemilikan saham KRAS sebesar 100% di masing-masing anak usaha tersebut.
"Tidak bisa buru-buru. Kalau buru-buru, bagaimana mendapat harga terbaik," imbuhnya.