Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berhasil melanjutkan penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Senin (4/11/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau dibuka menguat 37 poin atau 0,26 persen ke level Rp14.002 per dolar AS dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (1/11/2019), rupiah ditutup di level Rp14.039 per dolar AS dengan apresiasi sebesar 4 poin atau 0,03 persen.
Seiring dengan pergerakan rupiah, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama terpantau berbalik naik tipis 0,017 poin atau 0,02 persen ke level 97,256 pada Senin (4/11/2019) pukul 07.59 WIB.
Sebelum berbalik ke zona hijau pada Senin pagi, pergerakan indeks dolar AS sempat memperpanjang koreksinya ke posisi 97,222 dengan penurunan 0,02 persen atau 0,017 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat, indeks dolar melemah 0,12 persen atau 0,113 poin dan berakhir di level 97,239, pelemahan hari kelima beruntun, sehari setelah The Fed kembali memangkas suku bunga acuannya.
Seperti yang diberitakan, bank sentral AS Federal Reserve memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir Kamis (31/10/2019) dini hari WIB.
The Fed menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini dan mengisyaratkan jeda pemotongan lebih lanjut kecuali jika prospek ekonomi berubah.
Sementara itu, Bank Indonesia menyatakan nilai tukar rupiah saat ini bergerak relatif stabil dan mekanisme pasar berkembang secara baik tak terpengaruh signifikan atas pelonggaran suku bunga acuan The Fed.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, stabilitas nilai tukar ini lebih terpengaruh oleh kondisi supply dan demand yang terjaga.
"Jadi tidak ada pengaruh pengaruh yang signifikan mengenai apa yang terjadi di global termasuk juga penurunan suku bunga The Fed," ungkap Perry di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (1/11/2019).
Ke depannya, Perry meyakini masih ada ruang penguatan nilai tukar rupiah. Hal ini terbukti dari beberapa indikasi berdasarkan inflasi yang terkendali di bawah titik tengah sasaran 3,5 persen sampai 4,5 persen.
"Selain itu juga ada prospek ekonomi yang baik, dan juga kredibilitas dan confident terhadap kebijakan-kebijakan yang ada," pungkasnya.