Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Persediaan AS di Luar Ekspektasi, Minyak Mentah Melemah

Minyak mentah melemah untuk hari ketiga karena laporan pemerintah AS menunjukkan peningkatan pasokan minyak mentah domestik yang lebih besar dari perkiraan.

Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah melemah untuk hari ketiga karena laporan pemerintah AS menunjukkan peningkatan pasokan minyak mentah domestik yang lebih besar dari perkiraan.

WTI untuk pengiriman Desember melemah 0,48 poin ke level US$ 55,06 per barel di New York Mercantile Exchange, level terendah dalam sepekan terakhir pada akhir perdagangan Rabu (30/10).

Sementara itu, minyak Brent untuk Desember turun 0,98 poin ke level US$60,61 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London.

Dilansir Bloomberg, Energy Information Administration AS melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 5,7 juta barel pekan lalu, di atas perkiraan analis, sementara persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, meningkat untuk minggu keempat.

Selain itu, Rencana Presiden AS Donald Trump untuk menandatangani kesepakatan perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping dipertanyakan ketika Chili membatalkan KTT APEC bulan depan. Kedua pemimpin berencana untuk bertemu di sela KTT tersebut.

"Chili yang membatalkan KTT menempatkan beberapa ketidakpastian ketika pembicaraan perdagangan China-AS akan diselesaikan," kata Brian Kessens, manajer portofolio di Tortoise.

"Itu akan membebani pasar minyak mentah,” lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Memburuknya ekonomi global karena perang perdagangan telah mendorong minyak mentah melemah hingga 17 persen sejak akhir April. Ini menempatkan tanggung jawab pada OPEC dan sekutunya untuk memperpanjang pengurangan produksi, meskipun kesediaan Rusia masih dipertanyakan.

Saudi mungkin perlu mempertimbangkan pembatasan yang lebih dalam dengan negara-negara Teluk lainnya jika Rusia abstain, kata Citigroup Inc.

Aliansi OPEC+ akan bertemu pada bulan Desember untuk membahas apakah akan memperpanjang atau memperdalam penurunan produksi yang berakhir pada bulan Maret.

Presiden Brazil Jair Bolsonaro mengatakan negaranya menerima permintaan tidak resmi untuk bergabung dengan OPEC, setelah percakapan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper