Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) memperpanjang penurunannya untuk perdagangan hari ketiga berturut-turut, menyusul laporan peningkatan jumlah stok komoditas ini di pusat penyimpanan utama AS.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2019 turun 5 sen ke level US$55,49 per barel di New York Mercantile Exchange pada Rabu (30/10/2019) pukul 09.39 pagi waktu Sydney.
Pada sesi perdagangan sebelumnya, Selasa (29/10), harga minyak WTI kontrak Desember berakhir melemah 27 sen di level US$55,54 per barel.
Adapun harga minyak Brent untuk kontrak Desember 2019 pada perdagangan Selasa ditutup naik hanya 2 sen di level US$61,59 per barel di ICE Futures Europe Exchange.
Menurut sumber terkait, American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak di Cushing, Oklahoma, bertambah sebesar 1,22 juta barel pekan lalu.
Laporan ini serupa dengan data Genscape Inc. awal pekan ini, yang menghidupkan kembali kekhawatiran tentang lesunya permintaan dan stok berlebih. Menurut Genscape Inc., persediaan minyak di pusat penyimpanan utama Oklahoma telah berekspansi sebesar 1,5 juta barel pekan lalu.
API juga melaporkan peningkatan total pasokan minyak AS sebesar 708.000 barel, penurunan stok bensin sebesar 4,7 juta barel, dan penurunan minyak distilasi sebesar 1,61 juta barel.
Meski demikian, koreksi harga minyak WTI dibatasi oleh pernyataan Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz tentang kesiapan Saudi mengurangi produksi minyaknya.
Menurut Menteri Negara Sumber Daya Minyak Nigeria Timipre Sylva, Pangeran Abdulaziz mengatakan bahwa Saudi siap untuk melakukan upaya pengurangan produksi minyak dengan lebih dalam daripada yang disepakati dengan produsen global lainnya.
Sementara itu, keselarasan Rusia dengan Arab Saudi terkait upaya ini telah melemah, menurut catatan riset Citigroup Global Markets Inc.
“Arab Saudi mungkin perlu mempertimbangkan pengurangan (produksi) yang lebih dalam dengan Uni Emirat Arab dan Kuwait jika Rusia abstain,” tulis analis Citigroup termasuk Ed Morse dan Eric Lee.
Sebelumnya, Rusia cenderung mengecilkan harapan bahwa putaran baru upaya pembatasan pasokan minyak mentah akan segera terjadi.
Wakil Menteri Energi Rusia Pavel Sorokin mengatakan kendati mekanisme OPEC+ menunjukkan efisiensi, sebenarnya hal itu kurang efisien karena masih ada beberapa batasan pada seberapa banyak masing-masing negara dapat melakukannya.
“Komentar Rusia memberi sinyal bahwa belum ada konsensus yang disepakati dalam koalisi OPEC+ untuk melakukan pemotongan lebih dalam,” ujar Will Sungchil Yun, analis komoditas di HI Investment & Futures Corp di Seoul.
Sentimen tersebut, lanjutnya, dikombinasikan dengan ekspektasi pasar bahwa stok minyak mentah AS naik pekan lalu akan menahan minyak untuk menguat lebih tinggi.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Desember 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
29/10/2019 | 55,54 | -0,27 poin |
28/10/2019 | 55,81 | -0,85 poin |
25/10/2019 | 56,66 | +0,43 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Desember 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
29/10/2019 | 61,59 | +0,02 poin |
28/10/2019 | 61,57 | -0,45 poin |
25/10/2019 | 62,02 | +0,35 poin |
Sumber: Bloomberg