Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. terperosok di zona merah pada penutupan perdagangan Kamis (31/10/2019). Hal tersebut disebut sebagai respons pasar atas polemik harga gas.
Bloomberg mencatat, pada akhir perdagangan hari ini saham bersandi PGAS tersebut terperosok 13,52% atau 330 poin ke level Rp2.110 per saham. Saham PGAS bergerak pada zona merah sejak awal perdagangan hari ini dan bergerak di kisaran Rp2.110 hingga Rp2.280.
Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial mengatakan bahwa pergerakan saham PGAS hari ini merupakan respons pasar atas polemik harga gas industri setelah Kementerian ESDM menutup peluang rencana PGAS untuk menaikkan harga per 1 November 2019.
Menurutnya, keputusan tersebut membuat saham PGAS bervolatilitas. Pasalnya, intervensi pemerintah membuat ketidakpastian di kalangan investor.
“Jadi kebijakan sewaktu-waktu bisa berubah dan cenderung diintervensi, karena kan revenue dari PGAS tergantung volume dan harga,” katanya kepada Bisnis, Kamis (31/10/2019).
Dengan demikian, kondisi tersebut membuat investor ragu untuk berinvestasi di saham PGAS. Pasalnya, investor sulit untuk memprediksi kinerja perseroan ke depannya.
Baca Juga
Terlebih keputusan-keputusan yang berkaitan dengan harga jual gas yang sangat berpengaruh untuk perusahaan tersebut.
“Kalau industri yang cenderung ada intervensi itu not good aja untuk emiten itu,” jelasnya.
Kendati demikian, dia menilai saham PGAS masih menarik untuk dibeli, jika bergerak di bawah level Rp2.000. Pasalnya, tren kinerja perseroan hingga kuartal III/2019 menujukkan perbaikan.
Selain itu, secara valuasi saham PGAS sangat menarik dengan price book value (PBV) masih di bawah 1,2 kali.
“Tapi kalau di atas Rp2.000 tidak dulu, karena ketidakpastian akibat intervensi pemerintah,” sebutnya.