Bisnis.com, JAKARTA – Setelah mampu membukukan reli selama tiga hari berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya menyerah di zona merah pada perdagangan Kamis (31/10/2019) di tengah tekanan jual investor asing.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup melemah 1,07 persen atau 67,43 poin di level 6.228,32 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (30/10), IHSG berhasil mengakhiri pergerakannya di level 6.295,75 dengan kenaikan 0,23 persen atau 14,61 poin, reli penguatan hari ketiga berturut-turut.
Indeks mulai tergelincir dari penguatannya ketika dibuka turun tipis 0,08 persen atau 5,18 poin di posisi 6.290,57 pada Kamis (31/10) pagi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.216,29 – 6.301,59.
Delapan dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin tambang (-3,62 persen) dan infrastruktur (-3,16 persen). Satu-satunya sektor yang mampu mengakhiri pergerakannya di zona hijau hanya pertanian (+0,22 persen).
Dari 659 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 153 saham menguat, 282 saham melemah, dan 224 saham stagnan.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) yang masing-masing turun 3,75 persen dan 19,79 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir perdagangan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing terus mencatatkan aksi jual bersih (net sell) pada perdagangan hari keempat berturut-turut. Net sell asing yang dibukukan pada Kamis (31/10) mencapai senilai Rp599,6 miliar.
Saham TLKM mencatatkan net sell sebesar Rp307,71 miliar sehingga menyebabkan saham emiten sektor infrastruktur ini meluncur 3,75 persen menjadi Rp4.110 per lembar.
Adapun berdasarkan persentase, saham PT Duta Intidaya Tbk. (DAYA) memimpin saham top losers dengan pelemahan terdalam sebesar 23,81 persen menjadi Rp224 per saham.
Berbanding terbalik dengan IHSG, indeks saham lain di Asia mayoritas mampu bergerak positif, di antaranya indeks Hang Seng Hong Kong (+0,90 persen) dan indeks Kospi Korea Selatan (+0,15 persen).
Di Jepang, dua indeks saham utamanya, Nikkei 225 dan Topix masing-masing pun berakhir naik 0,37 persen dan 0,07 persen saat investor mencermati langkah pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.
Meski demikian, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China ditutup di zona merah menyusul data PMI manufaktur yang lebih buruk daripada perkiraan pada kuartal III/2019.
Seperti yang telah diantisipasi, bank sentral AS tersebut memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir Kamis (31/10) dini hari WIB.
Dalam menurunkan suku bunga ke kisaran target antara 1,50 persen dan 1,75 persen, The Fed juga mengisyaratkan jeda pemotongan lebih lanjut kecuali jika prospek ekonomi berubah. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa beberapa risiko paling ekstrem telah berkurang.
“Ekonomi AS berada di pijakan yang lebih kuat daripada yang diyakini pasar obligasi,” ujar John Woods, kepala investasi untuk Asia Pasifik di Credit Suisse.
“Kami sudah lama merasa bahwa pasar tenaga kerja, yang menggerakkan perekonomian, berada dalam kesehatan yang wajar,” tambahnya.
Namun, ketidakpastian terkait perang dagang AS-China masih bertahan, setelah Chile menarik diri sebagai tuan rumah KTT perdagangan APEC pada November mendatang.
Padahal, agenda tersebut diperkirakan bakal dimanfaatkan oleh pemerintah AS dan China untuk mengambil langkah melalui penandatanganan kesepakatan parsial guna mengakhiri perang dagang antara kedua negara.
Xinhua melaporkan bahwa tim perunding dari kedua belah pihak akan melakukan berdikusi lebih lanjut via sambungan telepon.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
TLKM | -3,75 |
SMMA | -19,79 |
BYAN | -15,90 |
PGAS | -13,52 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
MPRO | +24,59 |
TPIA | +2,15 |
BBCA | +0,40 |
EMTK | +9,55 |
Sumber: Bloomberg