Bisnis.com, JAKARTA — Laba bersih periode berjalan PT United Tractors Tbk. per kuartal III/2019 tercatat turun 4,85%.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan pada Kamis (31/10/2019), emiten berkode saham UNTR tersebut mengeruk pendapatan senilai Rp65,6 triliun sepanjang Januari-September 2019. Capaian itu meningkat 7,32% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp61,12 triliun.
Manajemen United Tractors menjelaskan bahwa masing-masing unit usaha, yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batu bara, pertambangan emas, dan industri konstruksi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 28%, 46%, 13%, 9% dan 4% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Beban pokok UNTR sepanjang Januari 2019–September 2019 tercatat meningkat 7,27% menjadi Rp49,39 triliun dibandingkan dengan Januari 2018–September 2018 senilai Rp46,04 triliun.
Sejalan dengan peningkatan pendapatan, laba kotor perseroan tercatat meningkat 7,56% per September 2019 menjadi Rp16,21 triliun dibandingkan dengan realisasi laba kotor per September 2018 senilai Rp15,07.
Namun, adanya peningkatan biaya keuangan dan efek dari translasi mata uang asing membuat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp8,63 triliun, terkoreksi 4,85% dibandingkan dengan periode yang sama 2018 senilai Rp9,07 triliun.
Baca Juga
Hingga September 2019, volume penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 2.568 unit atau turun 30% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya penjualan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan. Dari total penjualan alat berat tersebut, sebanyak 43% dialokasikan ke sektor pertambangan, 29% ke sektor konstruksi, 15% ke sektor kehutanan, dan sisanya 13% ke sektor perkebunan.
Sementara itu, unit usaha perseroan di bidang kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Hingga triwulan ketiga 2019, PAMA membukukan peningkatan pendapatan bersih sebesar 4% menjadi Rp30,0 triliun.
PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara dari 90,5 juta ton menjadi 96,4 juta ton, sementara itu volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) meningkat dari 717,6 juta bcm menjadi 749,9 juta bcm.
Dari unit usaha di bidang pertambangan batu bara, total penjualan batu bara sampai kuartal III/2019 mencapai 6,4 juta ton termasuk 839 ribu ton batu bara kokas atau naik sebesar 11% dari 5,8 juta ton pada periode yang sama 2018.
Sejalan dengan peningkatan volume penjualan batu bara, pendapatan unit usaha pertambangan mencatat peningkatan sebesar 4% menjadi Rp8,5 triliun.
Di sisi lain, unit usaha perseroan pertambangan emas di tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.
Hingga September 2019 total penjualan emas dari tambang emas Martabe sebanyak 306.000 ons, sedangkan pendapatan bersih unit usaha Pertambangan Emas sampai dengan bulan September 2019 sebesar Rp5,9 triliun.
Unit usaha konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp3,1 triliun atau meningkat 12% dari sebelumnya sebesar Rp2,7 triliun pada periode yang sama tahun 2018.
Namun demikian, per September 2019 PT Acset Indonusa Tbk. mencatatkanrugi bersih sebesar Rp752 miliar, dari sebelumnya mencatat laba bersih sebesar Rp91 miliar pada periode yang sama tahun 2018.