Bisnis.com, JAKARTA -- Rupiah melanjutkan penguatan pada perdagangan Senin (28/10/2019), setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam 5 pekan terakhir didorong oleh makin cepatnya arus masuk ke obligasi Indonesia dan meredanya ketegangan hubungan dagang AS-China.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga Senin (28/10) pukul 10.17 WIB, mata uang Garuda menguat 0,107 persen atau 15 poin menjadi Rp14.023 per dolar AS. Rupiah membuka perdagangan pekan ini di level Rp14.025 per dolar AS dan sempat menyentuh Rp14.018 per dolar AS.
Selain itu, rupiah berhasil mencapai level Rp13.992 pada perdagangan Kamis (24/10), menjadi level tertinggi sejak 16 September 2019. Penguatan tersebut seiring dengan arus masuk dana asing yang membeli obligasi Indonesia senilai US$557,4 juta dan menjadi aliran dana masuk harian terbesar sejak 5 Juli 2019.
Ahli Strategi NH Investment & Securities Kwon Ahmin mengatakan rupiah telah didukung oleh dolar AS yang terus bergerak melemah dan kemajuan dalam negosiasi dagang AS-China dengan kedua negara menuju ke arah kesepakatan perdagangan parsial.
Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak stabil di 97,864.
“Namun, reli rupiah kemungkinan hanya akan berumur pendek karena indikator ekonomi Indonesia lemah dan Bank Indonesia (BI) yang mungkin akan kembali memangkas suku bunga acuan pada pertemuan selanjutnya,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Senin (28/10).
Baca Juga
Seperti diketahui, pada pekan lalu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5 persen. Dengan demikian, BI telah memangkas 100 bps suku bunga acuan melalui 4 kali pemangkasan yang dilakukan setiap bulan sejak Juli 2019.
Bank sentral juga memberikan sinyal bahwa ruang pemangkasan suku bunga acuan selanjutnya masih terbuka seiring dengan ketidakpastian global yang meningkat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Di sisi lain, saat ini, pasar akan fokus terhadap pertemuan kebijakan moneter The Fed yang diprediksi kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps. Kendati demikian, beberapa analis memperkirakan The Fed terdengar hawkish dengan menandakan enggan menurunkan suku bunga lebih lanjut.
Sebagai informasi, pemangkasan suku bunga acuan AS akan membantu melemahkan dolar AS sehingga menjadi dukungan bagi rupiah untuk bergerak menguat lebih jauh.