Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari ke-9 berturut-turut sejak Jumat (11/10/2019).
Nilai tukar rupiah pun melanjutkan penguatannya, setelah merespons positif terhadap pengumuman sususan menteri pada kabinet Indonesia Maju dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Rabu (23/10/2019):
Kabinet Indonesia Maju Direspons Positif, IHSG Lanjut Reli Hari ke-9
Pengumuman Kabinet Indonesia Maju menguatkan IHSG pada akhir perdagangan Rabu (23/10/2019). IHSG pun memperpanjang reli yang telah terjadi selama 9 hari berturut-turut.
Menutup perdagangan Rabu (23/10/2019), IHSG parkir di zona hijau dengan kenaikan sebesar 0,52% ke level 6.257. Indeks sempat melemah di sepanjang sesi pertama perdagangan dan menyentuh level terendah pada 6.197.
Selama sepekan, IHSG tumbuh 1,43% dan secara year-to-date naik 1,02%.
Namun demikian, investor asing terus melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp231,29 miliar sepanjang perdagangan hari ini.
Edward Lubis, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management, menjelaskan bahwa secara umum pasar telah merefleksikan dan mengantisipasi pengumuman jejeran kabinet untuk periode 5 tahun ke depan dengan baik.
“Belum ada katalis baru yang mendorong pasar lebih kencang lagi,” kata Edward kepada Bisnis, Rabu (23/10/2019).
Pasar Apresiasi Kabinet Jokowi-Ma'ruf, Rupiah Lanjut Menguat
Kepastian susunan Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin membantu rupiah untuk menguat pada perdagangan Rabu (23/10/2019). Rupiah melanjutkan apresiasinya terhadap dolar AS yang telah terjadi dalam 3 hari berturut-turut.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.032 per dolar AS, menguat 0,64% atau 9 poin, menjadi penguatan terbaik kedua di Asia. Sepanjang pekan terakhir, rupiah telah bergerak menguat 0,35%.
Adapun, sepanjang tahun berjalan, rupiah juga berhasil mempertahankan posisinya menjadi mata uang dengan kinerja penguatan terbaik ketiga di Asia dengan menguat 2,55%.
Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa sentimen susunan kabinet Presiden Joko Widodo untuk periode kedua masih menopang penguatan rupiah. Resposn pasar terhadap susunan menteri tersebut cukup positif dan menimbulkan optimisme terhadap 5 tahun ke depan.
“Optimisme [untuk pertumbuhan ekonomi 5 tahun ke depan] muncul, tetapi masih harus didukung dengan data. Rupiah tidak akan menguat terus-menerus dan masih akan bergantung kepada data ekonomi Indonesia setelah kabinet ini bekerja,” ujar Ariston kepada Bisnis, Rabu (23/10/2019).
Sektor Teknologi Bayangi Pergerakan Bursa Asia
Bursa saham Asia terombang-ambing pada perdagangan Rabu (23/10/2019) di tengah kekhawatiran sektor teknologi menyusul proyeksi pendapatan Texas Instruments serta ketidakpastian seputar Brexit.
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,6 persen. Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 melemah 0,43 persen dan 0,64 persen. Indeks Hang Seng melemah 0,82 persen.
Di sisi lain, indeks Topix dan Nikkei 225 menguat masing-masing 0,59 persen dan 0,34 persen. Sementara itu, indeks Kospi melemah 0,39 persen.
Kekhawatiran sektor teknologi muncul setelah Texas Instruments memperkirakan pendapatan kuartal saat ini turun sebesar 10 persen hingga 17 persen dari tahun sebelumnya, jauh di bawah perkiraan. Saham Texas Instruments jatuh 9,8 persen dalam perdagangan after hours, sekaligus mendorong saham produsen chip lainnya termasuk Intel dan Nvidia.
Kekhawatiran bahwa industri microchip global sedang diperas oleh penurunan permintaan dan sengketa perdagangan AS-China yang berkepanjangan mengirim beberapa saham terkait chip di Asia lebih rendah.
Dibayangi Kelebihan Pasokan, Harga Minyak Mentah Surut
JAKARTA – Minyak mentah berjangka melanjutkan penurunan pada Rabu (23/10/2019), merespons indikasi kenaikan persediaan minyak AS untuk pekan keenam, jangka waktu terpanjang dalam hampir satu tahun.
Data Bloomberg menunjukkan hingga Rabu (23/10) pukul 13.31 WIB, harga minyak mentah turun 0,59 persen atau 0,32 poin ke posisi US$54,16 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menurun 0,35 persen atau 0,21 poin ke posisi US$59,49 per barel.
Kelompok industri American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah naik 4,45 juta barel pada pekan lalu. Sementara itu, angka resmi terkait hal ini akan diumumkan oleh US Energy Information Administration pada Rabu (23/10) waktu setempat.
Secara keseluruhan, harga minyak telah terjun 18 persen dari puncak pada April 2019 karena perang dagang AS – China yang meredupkan permintaan dan pasokan global yang berlimpah.
Reuters melaporkan, menurut sumber, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan mitra mereka gelisah terhadap prospek permintaan minyak pada tahun depan.
Michael McCarthy, Kepala Pasar Strategis CMC Markets, menyampaikan jika kita melihat angka resmi stok minyak AS sejalan dengan laporan API, maka akan ada reaksi yang hebat dan penjualan besar-besaran di pasar minyak mentah.
“Selanjutnya, pertemuan OPEC digelar tidak menunggu Desember 2019. Pasar masih sangat berhati-hati dan begitu rentan [terhadap gejolak],” ujarnya seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (23/10).