Bisnis.com, JAKARTA—Pengumuman Kabinet Indonesia Maju menguatkan IHSG pada akhir perdagangan Rabu (23/10/2019). IHSG pun memperpanjang reli yang telah terjadi selama 9 hari berturut-turut.
Menutup perdagangan Rabu (23/10/2019), IHSG parkir di zona hijau dengan kenaikan sebesar 0,52% ke level 6.257. Indeks sempat melemah di sepanjang sesi pertama perdagangan dan menyentuh level terendah pada 6.197.
Selama sepekan, IHSG tumbuh 1,43% dan secara year-to-date naik 1,02%.
Namun demikian, investor asing terus melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp231,29 miliar sepanjang perdagangan hari ini.
Edward Lubis, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management, menjelaskan bahwa secara umum pasar telah merefleksikan dan mengantisipasi pengumuman jejeran kabinet untuk periode 5 tahun ke depan dengan baik.
“Belum ada katalis baru yang mendorong pasar lebih kencang lagi,” kata Edward kepada Bisnis, Rabu (23/10/2019).
Baca Juga
Dirinya menambahkan bahwa investor sudah priced-in pada perdagangan hari ini melihat pada Selasa (22/10/2019) telah ada bocoran yang cukup menggembirakan mengenai pos kementerian.
Lebih lanjut, Edward melihat prospek pasar saham masih positif karena pelaku pasar telah terlalu lama di posisi wait and see pada tahun politik ini. Dengan kepastian terpilihnya presiden dan pengumuman kabinet, diharapkan ke depannya kebijakan dari pemerintah dapat terus positif.
Adapun yang menjadi PR, lanjut Edward, adalah cara pemerintah mengangkat pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, hal itu menjadi dasar untuk melihat prospek investasi di pasar modal. Pertumbuhan ekonomi yang lambat dikhawatirkan juga bakal menekan harga-harga saham.
Sementara prospek pemangkasan suku bunga dari Bank Indonesia pada pekan ini dinilai masih akan menguntungkan pasar obligasi ketimbang pasar saham. Bank Indonesia diperkirakan bakal kembali memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir pada Kamis (24/10/2019).
“Efek penurunan bunga secara langsung saat ini baru dirasakan oleh pasar obligasi saja,” imbuh Edward.
Sementara itu, investor asing saat ini juga lebih banyak masuk ke pasar obligasi sementara meninggalkan aset-aset berisiko di pasar saham negara-negara berkembang. Dengan demikian, Edward pesimistis investor asing bisa kembali menjelang akhir tahun ini.
“Menurut saya tidak [kembali]. Ini karena sentimen global, orang menghindari efek di negara berkembang dan pindah ke negara maju,” tutur Edward.