Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia terombang-ambing pada perdagangan Rabu (23/10/2019) di tengah kekhawatiran sektor teknologi menyusul proyeksi pendapatan Texas Instruments serta ketidakpastian seputar Brexit.
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,6 persen. Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 melemah 0,43 persen dan 0,64 persen. Indeks Hang Seng melemah 0,82 persen.
Di sisi lain, indeks Topix dan Nikkei 225 menguat masing-masing 0,59 persen dan 0,34 persen. Sementara itu, indeks Kospi melemah 0,39 persen.
Kekhawatiran sektor teknologi muncul setelah Texas Instruments memperkirakan pendapatan kuartal saat ini turun sebesar 10 persen hingga 17 persen dari tahun sebelumnya, jauh di bawah perkiraan. Saham Texas Instruments jatuh 9,8 persen dalam perdagangan after hours, sekaligus mendorong saham produsen chip lainnya termasuk Intel dan Nvidia.
Kekhawatiran bahwa industri microchip global sedang diperas oleh penurunan permintaan dan sengketa perdagangan AS-China yang berkepanjangan mengirim beberapa saham terkait chip di Asia lebih rendah.
Saham TSMC Taiwan turun 0,9 persen, sementara saham SK Hynix Korea Selatan merosot 1,6 persen dan Tokyo Electron Jepang merosot 4,3 persen.
"Mengingat reli baru-baru ini di saham semikonduktor, beberapa penyesuaian tidak akan terhindarkan," kata Nobuhiko Kuramochi, kepala analis di Mizuho Securities, seperti dikutip Reuters.
"Tetapi survei investor kami telah menunjukkan bahwa banyak investor masih berhati-hati di sektor ini sehingga sedikit pelemahan dalam industri akan mengejutkan beberapa dari mereka," tambahnya.
Sementara itu, Parlemen Inggris menolak rencana Perdana Menteri Boris Johnson untuk mempercepat proses legislasi kesepakatan Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa). Hal ini memberikan ketidakpastian soal batas waktu Brexit pada 31 Oktober.
Boris Johnson mengatakan dia akan menunggu Uni Eropa untuk menanggapi permintaan untuk penundaan batas waktu Brexit.
Sebuah sumber di kantor Johnson mengatakan pada hari Selasa bahwa pemilihan baru adalah satu-satunya cara untuk keluar dari krisis Brexit jika Uni Eropa setuju untuk menunda sampai Januari.
"Secara umum, ada dua skenario. Akan ada perpanjangan singkat sebelum parlemen akan menyetujui rencana Johnson. Atau mungkin ada pemilihan umum, yang akan membutuhkan perpanjangan lebih lama," kata Kyosuke Suzuki, direktur valas di Societe Generale.
"Tetapi sekarang tampaknya tidak mungkin Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober," katanya.
Pukul 15.34 WIB: IHSG Menguat 0,23 Persen Jelang Akhir Perdagangan
Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,23 persen atau 14,118 poin ke lev el 6.239,61 menjelang akhir perdagangan.
Sepanjang hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.197,95-6.242,68.