Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepercayaan Investor Pasar Keuangan Melemah

Survei KICI disusun dengan cara menjaring persepsi investor berdasarkan Indeks Situasi Sekarang (ISS) saat survei dilakukan pada September 2019 dan Indeks Ekspektasi (IE), prospek 3 bulan ke depan mulai Oktober – Desember 2019. 
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Hasil survei dari Katadata Investor Confidence Indeks (KICI) menyatakan, kepercayaan investor di pasar finansial terhadap kondisi perekonomian global merosot tajam akibat perang dagang Amerika Serikat dan China.

Damhuri Nasution, panel ahli Katadata Insight Center, menjelaskan bahwa hasil survei KICI pada kuartal III/2019 menunjukkan nilai KICI mencapai level terendah sejak Kuartal IV/2018. Damhuri memerinci, KICI menurun tajam hingga -12,4% dari 146,8 pada kuartal sebelumnya menjadi 128,6 pada kuartal III/2019. 

Survei KICI disusun dengan cara menjaring persepsi investor berdasarkan Indeks Situasi Sekarang (ISS) saat survei dilakukan pada September 2019 dan Indeks Ekspektasi (IE), prospek 3 bulan ke depan mulai Oktober – Desember 2019. 

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa ISS dan IE sama-sama menunjukkan penurunan. Adapun penurunan tersebut terjadi pada ISS sebesar -18,1%, dari 145,1 pada kuartal II menjadi 118,8 pada kuartal III/2019.

Penurunan ISS terutama dipicu oleh penilaian investor yang buruk terhadap kondisi perekonomian global yang menurun tajam dari 126,2 pada kuartal II, menjadi 81,3 pada kuartal III atau turun -35,6%.

Angka di bawah 100 untuk indikator perekonomian global adalah yang pertama kali terjadi sejak pengukuran KICI dilakukan pada kuartal IV/2018. 

"Angka di bawah 100 menunjukkan 
bahwa porsi investor yang pesimistis terhadap perekonomian global jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan investor yang optimistis," kata Damhuri dikutip Bisnis.com, Rabu (16/10/2019).

Pasalnya, eskalasi perang dagang antara Amerika versus China serta kondisi geopolitik yang memanas dan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia menjadi faktor pemicu besarnya pesimisme investor ini. 

“Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China memberikan dampak perlambatan ekonomi global. Ini berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia melalui penurunan ekspor,” sambunganya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat ekspor Indonesia pada Agustus 2019 sebesar US$14,28 miliar atau turun 7,6% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Pada September, BPS juga menyebut secara year on year (yoy), ekspor migas menurun 9,99% dari US$1,43 miliar menjadi US$0,88 miliar. 

Secara kumulatif, nilai ekspor migas Indonesia sepanjang Januari hingga Agustus 2019, melorot 8,28% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor nonmigas menurun 6,66% pada periode tersebut.

Terkait dengan Indeks Ekspektasi, semua indikator penyusunnya juga menurun, dengan 
penurunan terbesar terjadi pada indikator yang menggambarkan porsi saham portofolio dalam 3 bulan mendatang tercatat turun -14,6%.

Damhuri memerinci jika dilihat menurut kelompok investor, optimisme perusahaan 
asuransi mengalami penurunan paling dalam yakni turun -16,1%, diikuti oleh Dana Pensiun yang turun -13,6%, dan Aset Manajemen turun -12,4%.

Meski dihantui pesimisme atas situasi ekonomi global, secara total level KICI masih di atas 
100. 

“Ini mengindikasikan bahwa porsi investor yang optimistis sesungguhnya masih lebih 
besar dibandingkan dengan yang pesimis,” kata Damhuri.

Survei KICI dilakukan terhadap 272 responden pengelola dana investasi yang berasal dari Manajemen Investasi, Dana Pensiun, dan Asuransi yang berinvestasi di pasar keuangan. 

Survei ini dilakukan melalui wawancara per telepon pada 12-26 September 2019. Ratusan investor institusi yang menjadi responden survei ini mengelola dana investasi lebih dari Rp700 triliun. 

Survei atas persepsi investor tersebut dilihat dari pandangan mereka terhadap kondisi ekonomi domestik, ekonomi global, kinerja pasar saham, prospek apresiasi nilai portofolio serta kemungkinan penambahan investasi di pasar modal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper