Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan China Lesu, Minat Konsumen Emas Luntur

Minat pembeli dan investor asal China terhadap emas dikabarkan luntur tahun ini. Kondisi ini dapat berlanjut pada tahun 2020 seiring dengan melambatnya pertumbuhan dan tingginya harga yang menghambat pengeluaran konsumen.
Butiran emas murni dan perak 99,99 persen terlihat di stoples kaca di pabrik logam non-ferrous Krastsvetmet, salah satu produsen terbesar di dunia dalam industri logam mulia, di kota Siberia, Krasnoyarsk, Rusia 22 November 2018. Foto diambil 22 November, 2018./REUTERS-Ilya Naymushin
Butiran emas murni dan perak 99,99 persen terlihat di stoples kaca di pabrik logam non-ferrous Krastsvetmet, salah satu produsen terbesar di dunia dalam industri logam mulia, di kota Siberia, Krasnoyarsk, Rusia 22 November 2018. Foto diambil 22 November, 2018./REUTERS-Ilya Naymushin

Bisnis.com, JAKARTA – Minat pembeli dan investor asal China terhadap emas dikabarkan luntur tahun ini. Kondisi ini dapat berlanjut pada tahun 2020 seiring dengan melambatnya pertumbuhan dan tingginya harga yang menghambat pengeluaran konsumen.

Menurut Metals Focus Ltd., konsumsi perhiasan diperkirakan akan turun 4 persen menjadi sekitar 660 ton tahun ini. Adapun permintaan untuk investasi diperkirakan menurun lebih dari 20 persen menjadi sekitar 240 ton.

Nikos Kavalis, seorang direktur di sebuah perusahaan riset, mengatakan perlambatan pertumbuhan dan kekhawatiran atas perang perdagangan telah memukul sentimen konsumen, sedangkan kenaikan harga logam mulia ini membuat sebagian investor menjauh.

Pertumbuhan ekonomi di negara dengan angka konsumen emas terbesar di dunia ini memang bergoyang. Pertumbuhan sebesar 6,2 persen yang dilaporkan pada kuartal II/2019 adalah yang terlemah sejak pemerintah mulai merilis data ini pada tahun 1992.

“Kondisi ekonomi di negara ini berdampak dan membuat konsumsi perhiasan di bawah tekanan. Perang dagang yang berkepanjangan dan melonjaknya harga pangan lokal telah memengaruhi pengeluaran konsumen untuk produk-produk pilihan,” terang Kavalis, dilansir dari Bloomberg.

Tanda-tanda kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-China yang mengangkat pasar modal AS pada perdagangan Jumat (11/10) serta mengangkat imbal hasil Treasury lebih tinggi dibatasi oleh skeptisisme investor atas perjanjian tersebut.

Faktor lain yang mengganggu permintaan adalah melemahnya nilai tukar yuan. Meski pembeli China mungkin telah menghindari membeli emas, investor di seluruh dunia justru menimbun aset safe haven ini.

Hal tersebut mendorong harga emas di pasar spot naik 16 persen sepanjang tahun ini setelah mencapai level US$1.557,11 per troy ounce bulan lalu, tertinggi dalam lebih dari enam tahun.

Pertumbuhan China Lesu, Minat Konsumen Emas Luntur

“Pada tahun 2017 dan 2018, kita melihat dorongan dalam permintaan dari investor tipe lebih canggih yang membeli emas sebagai lindung nilai terhadap depresiasi yuan China,” ujar Kavalis.

“Mengikuti kenaikan harga emas yang kami lihat di musim panas, sepertinya ada yang kurang karena sekarang banyak investor yang juga khawatir bahwa harga emas terlihat tinggi,” tambahnya.

Reli harga emas sejak Juni 2019 membuat permintaan perhiasan China terhenti. Sejumlah showroom dilaporkan sepi menjelang akhir kuartal kedua, menurut World Gold Council dalam laporan triwulanannya.

Namun, lanskap ritel dikatakan terus berkembang karena brand-brand perhiasan terkemuka memperluas jaringan mereka dan memperluas jangkauan ke kota-kota kedua.

“Perspektif saat ini, terutama melihat pasar perhiasan, adalah pertumbuhan moderat dalam jangka panjang, bukan jenis pertumbuhan besar yang Anda lihat di masa lalu ketika orang membuka toko seperti orang gila,” jelas Philip Klapwijk, direktur pelaksana Precious Metals Insights Ltd.

“Laju pertumbuhan itu tidak akan seperti dulu,” tambahnya.

Menurut Zhang Yongtao, Sekretaris Jenderal Asosiasi Emas China, impor emas oleh Negeri Tirai Bambu akan turun tajam tahun ini karena banyak investor China menguangkan pembelian mereka yang dilakukan pada tahun 2012 dan 2013 setelah harga menguat tahun ini.

“Hal tersebut telah meningkatkan pasokan domestik dan mengurangi kebutuhan impor,” imbuhnya Zhang.

Sementara itu, impor emas China dalam bentuk non-olahan turun 42 perseb menjadi sekitar 561 ton dari Februari hingga Agustus 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut data di situs web bea cukai China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper