Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Naik Tipis Pada Akhir Sesi I, Bursa Asia Variatif

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mempertahankan pergerakannya di zona hijau pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (10/10/2019), meskipun dengan kenaikan tipis.
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mempertahankan pergerakannya di zona hijau pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (10/10/2019), meskipun dengan kenaikan tipis.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG naik tipis 0,05 persen atau 3,26 poin ke level 6.032,42 pada akhir sesi I dari level penutupan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (9/10), IHSG berakhir di level 6.029,16 dengan pelemahan 0,17 persen atau 10,44 poin.

Sebelum berbalik ke zona hijau, indeks sempat melanjutkan pelemahannya ketika dibuka turun 0,09 persen atau 5,18 poin di posisi 6.023,98 pada Kamis (10/10) pagi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.023,98 – 6.044,11.

Enam dari sembilan sektor menetap di zona hijau pada akhir sesi I, dipimpin aneka industri (+1,12 persen) dan tambang (+0,67 persen). Tiga sektor lainnya menetap di wilayah negatif, dipimpin barang konsumen yang melemah 0,52 persen.

Sebanyak 180 saham menguat, 153 saham melemah, dan 324 saham stagnan dari 657 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) yang masing-masing naik 1,56 persen dan 1,50 persen menjadi pendorong utama kenaikan IHSG.

Sebaliknya, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang masing-masing turun 0,76 persen dan 2,29 persen menjadi penekan utama sekaligus membatasi besarnya kenaikan IHSG.

Indeks saham lainnya di Asia tampak bergerak variatif. Indeks Topix Jepang terkoreksi 0,22 persen saat indeks Nikkei 225 Jepang mampu naik 0,24 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,51 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing naik 0,26 persen dan 0,25 persen. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,40 persen.

Dilansir dari Reuters, sebagian indeks saham di Asia mampu naik moderat didorong harapan bahwa pemerintah Amerika Serikat dan China akan menyelesaikan beberapa isu di antara mereka.

Tetap saja, investor bersikap hati-hati karena kabar meresahkan sebelumnya bahwa proses perundingan perdagangan antara kedua belah pihak dapat dipersingkat.

The New York Times melaporkan bahwa pemerintah AS akan segera menerbitkan lisensi yang memungkinkan sejumlah perusahaan AS untuk memasok barang-barang tertentu ke Huawei Technologies China.

Di sisi lain, Bloomberg melaporkan bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan pakta mata uang yang sebelumnya disepakati dengan China, sehingga meningkatkan harapan kesepakatan parsial dan membantu mengangkat aset berisiko.

Meski ada beberapa laporan berbeda tentang rencana Wakil Perdana Menteri China Liu He di Washington, banyak pelaku pasar tetap berhati-hati.

Tanpa kemajuan yang signifikan, Presiden AS Donald Trump dijadwalkan menaikkan tarif pada barang-barang China senilai US$250 miliar menjadi 30 persen dari 25 persen pada Selasa (15/10/2019).

“Kecuali ada kejutan hari ini, sepertinya perundingan mereka gagal. Tarifnya akan naik. Situasinya terlihat mengerikan," ujar Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 naik tipis 0,04 persen atau 0,2 poin ke level 519,22, sedangkan indeks saham syariah Jakarta Islamic Index melemah 0,14 persen atau 0,92 poin ke posisi 663,21 pada akhir sesi I.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terpantau menguat 24 poin atau 0,17 persen ke level Rp14.149 per dolar AS pada pukul 11.41 WIB, di tengah penguatan mata uang di Asia.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper