Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia kompak melemah bersama bursa Eropa pada perdagangan hari ini, Kamis (3/10/2019), saat investor mencermati serangkaian data yang mengecewakan dari Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 turun 0,1 persen pada pukul 08.17 pagi waktu London (pukul 14.17 WIB), sedangkan indeks MSCI Asia Pacific melemah 0,9 persen.
Pada saat yang sama, indeks futures S&P 500 naik 0,4 persen, indeks FTSE 100 Inggris turun 0,3 persen, dan indeks CAC 40 Prancis menguat 0,3 persen.
Di pasar mata uang, Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,1 persen, nilai tukar yen Jepang turun 0,1 persen ke level 107,26 per dolar AS, sementara nilai tukar euro terhadap dolar AS melemah 0,1 persen ke level US$1,0946.
Pada perdagangan Rabu (2/10), pergerakan tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) serentak anjlok akibat tertekan suramnya gambaran ekonomi pascarilis data kepegawaian dan manufaktur.
Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP yang dirilis pada Rabu menunjukkan pertumbuhan payroll swasta pada bulan Agustus tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya. Dalam laporannya, ADP menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan telah menjadi lebih berhati-hati dalam hal perekrutan.
Data ini memperkuat kekhawatiran yang dipicu pada Selasa (1/10) ketika sebuah laporan menunjukkan aktivitas manufaktur AS berkontraksi ke level terendah dalam lebih dari satu dekade.
Rangkaian data pertumbuhan lemah pekan ini menambah tantangan ekonomi global yang sudah bergulat dengan risiko politik dan ketegangan perdagangan.
Pada Rabu pula, pemerintah AS mendapatkan persetujuan dari WTO untuk mengenakan tarif impor terhadap barang-barang senilai US$7,5 miliar asal Eropa mulai 18 Oktober.
Persetujuan ini diberikan terkait dengan subsidi ilegal Uni Eropa kepada Airbus, sehingga mengancam akan memicu perang dagang trans-Atlantik.
Fokus pasar kini beralih ke rilis data PMI jasa pada Kamis dan angka nonfarm payrolls pada Jumat (4/1). Kedua data ini akan sangat dicermati oleh investor untuk mengukur kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.
“Angka ketenagakerjaan akan menjadi metrik yang sangat penting bagi The Fed,” ujar Subadra Rajappa, kepala strategi suku bunga AS di Societe Generale SA, kepada Bloomberg TV.
“Ini adalah titik data terpenting menuju pertemuan The Fed pada Oktober. Jika kita melihat angka yang lemah, maka pasar mulai mempertimbangkan lebih banyak penurunan suku bunga,” jelasnya.