Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilih-Pilih Saham Big Caps yang ‘Murah’

Di sektor perbankan, analis menilai price earning ratio saham BMRI dan BBNI saat ini sudah jauh lebih murah dibandingkan dengan pada awal tahun.
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Jakarta, Jumat (26/1/2018)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Jakarta, Jumat (26/1/2018)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham sejumlah emiten big caps mengalami koreksi cukup dalam sepanjang tahun berjalan 2019. Kondisi tersebut membuat beberapa di antaranya layak dikoleksi seiring dengan valuasinya yang menarik dan prospek pertumbuhan fundamental perseroan pada tahun ini.

Berdasarkan data Bloomberg, koreksi harga saham membayangi 5 dari 10 emiten yang memiliki kapitalisasi besar. Penurunan terdalam terjadi pada saham HMSP sebesar 37,20%, diikuti GGRM 35,40%.

Padahal, secara fundamental, kinerja emiten rokok masih mengepul sepanjang semester I/2019. Sebaliknya, kinerja saham TPIA melesat 40,93% sepanjang tahun berjalan, meski laba bersihnya terpangkas 71,43% secara tahunan pada semester I/2019.

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma merekomendasikan saham di sektor perbankan dan konsumer menarik untuk dikoleksi seiring dengan potensi upside yang cukup tinggi. Di sektor perbankan, analis merekomendasikan saham BBNI dan BMRI.

Suria mengatakan saham BBNI dan BMRI memiliki valuasi yang menarik. Ini tercermin dari PBV saham BBNI di level 1,21 kali dan BMRI di level 1,75 kali.

Meski demikian, sektor perbankan dihadapkan pada tantangan likuidias yang terbatas dan loan to deposit ratio (LDR) tinggi.

“Di sektor perbankan, [valuasi menarik] dilihat dari PBV-nya. BBNI di 1,2 kali dan BMRI di 1,6 kali. Dibandingkan dengan rata-rata BBRI 2,5 kali dan BBCA 4 kali, jauh valuasinya,” katanya pada Kamis (26/9/2019).

Adapun, di sektor konsumer, investor dapat memburu saham HMSP dan GGRM. Selain fundamentalnya yang kuat, analis menilai penurunan saham emiten rokok itu, sudah terbatas sehingga berpeluang kembali naik.

Pada perdagangan Kamis (26/9/2019), saham HMSP ditutup menguat 1,75% pada level Rp2.330 dan GGRM menguat 3,84% pada level Rp54.025. Secara fundamental, GGRM mencatat laba tumbuh 20,43% dan HMSP 10,8% secara tahunan pada semester I/2019.

Suria menilai harga saham emiten rokok yang terkoreksi dalam sepanjang tahun berjalan karena sentimen penyesuaian free float di saham LQ45 dan kenaikan cukai hingga 23% mulai 1 Januari 2020. “Secara statistik, GGRM dan HMSP sudah di -3 skala deviasi. Tinggal nunggu balik,” imbuhnya.

Di sektor perbankan, analis merekomendasikan saham BMRI dengan target harga Rp8.900 dan BBNI dengan target harga Rp10.600. Adapun, di sektor konsumer, analis merekomendasikan GGRM dengan target harga Rp90.100 dan HMSP Rp3.815.

MURAH

Lebih lanjut, analis FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menilai sejumlah saham big caps memiliki valuasi yang murah sehingga menarik untuk dikoleksi. Di sektor perbankan, analis menilai price earning ratio saham BMRI dan BBNI saat ini sudah jauh lebih murah dibandingkan dengan pada awal tahun.

“Di awal tahun, PER BMRI masih 14,2 kali atau harga saham di level Rp7.300. BBNI di awal tahun PER-nya 10,8 kali,” katanya.

Di sektor konsumer, Wisnu merekomendasikan saham HMSP dan GGRM. Kedua emiten rokok ini memiliki fundamental kuat, meski dibayangi kenaikan cukai hingga 23% pada tahun depan. “Secara historical, kinerja tetap tumbuh dan bagus dari 2015-2018 meski ada kenaikan cukai. Karena konsumen rokok cenderung inelastis,” katanya.

Di sektor aneka industri, analis melihat saham ASII memiliki prospek positif ke depan seiring dengan langkah pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur, termasuk jalan tol.

Wisnu merekomendasikan saham BMRI dengan target harga Rp7.600, HMSP Rp2.800, ASII Rp7.200, BBNI Rp8.500, dan GGRM Rp65.000.

“Ini target harga konservatif. Artinya, kalau masuk sekarang masih ada peluang untuk imbal hasil yang realistis,” imbuhnya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper