Bisnis.com, JAKARTA - PT Darmi Bersaudara Tbk. berharap dapat mencetak pertumbuhan penjualan dan laba pada kuartal III/2019, setelah tertekan pada semester I/2019.
Direktur Independen Darmi Bersaudara Lie Kurniawan mengatakan, kinerja yang tertekan sepanjang semester I/2019 terutama karena pelaku bisnis di India yang menahan diri untuk meningkatkan penjualan. India memberikan kontribusi terbesar yakni Rp10,17 miliar atau 84,82% terhadap penjualan pada semester I/2019.
Penjualan ekspor ke India sepanjang Januari-Juni tahun ini, turun 34,19% dibandingkan dengan penjualan Januari-Juni tahun lalu sebesar Rp18,22 miliar.
Sementara itu, penjualan ke Nepal mencapai Rp1,81 miliar pada periode tersebut. Sebagai informasi, seluruh penjualan perseroan berasal dari pasar ekspor.
Dengan demikian, penjualan bersih emiten bersandi saham KAYU ini, mencapai Rp11,99 miliar pada semester I/2019 atau turun 34,19% secara tahunan. Sementara itu, laba bersih yang dikantongi senilai Rp379,90 juta atau turun 27% secara tahunan.
"Faktor utamanya ada kondisi di India yaitu musim dingin dan pemilu 2019 India sehingga kebanyakan pelaku bisnis menahan diri," katanya pada Senin (16/9/2019).
Baca Juga
Dari faktor domestik, penjualan yang turun juga didorong faktor hari kerja yang hanya sepekan karena libur panjang musim Lebaran pada Juni.
Meski demikian, perusahaan optimistis dapat memperbaiki kinerja pada kuartal III/2019 seiring dengan bisnis yang mulai stabil setelah selesaiannya Pemilu di India. Lie memperkirakan, pertumbuhan kuartal III/2019 masih sejalan dengan proyeksi perseroan pada awal tahun.
Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan produk kayu olahan itu, mengincar penjualan bersih mencapai Rp64 miliar pada tahun ini, naik 70,12% dibandingkan dengan realisasi 2018 sebesar Rp37,62 miliar. Sementara itu, laba bersih yang diincar sebesar Rp3,6 miliar, dua kali lipat dari realisasi 2018 sebesar Rp1,8 miliar.
"Katalis utama ada di para pelaku bisnis di India yang mulai bekerja dengan normal setelah selesainya pemilu di India. Sehingga, kuartal III masih on track dengan proyeksi," imbuhnya.
Terkait rencana pemangkasan PPN kayu log, perusahaan melihat bahwa pemangkasan PPN akan mendorong industri secara keseluruhan. Namun, Lie menilai rencana insentif ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap usaha perseroan karena dapat melakukan restitusi pajak.
Sementara itu, rencana pelonggaran SVLK justru akan berpengaruh negatif bagi usaha di ekspor produk kayu log. Sebab, pelonggaran SVLK akan membuka pintu untuk kayu ilegal masuk kembali ke pasaran.
Lie mengatakan, rencana pelonggaran SVLK akan berdampak pada rusaknya tata kelola kayu yang saat ini telah tertata, potensi kerusakan industri dalam negeri karena semua kayu bebas masuk tanpa kuota yang jelas, dan meningkatkan inefisiensi.
"Kami berpendapat bahwa sistem ini [SVLK] harus dipertahankan. Seandainya [pelonggaran] dijalankan malah mungkin akan berpengaruh negatif bagi usaha kami karena harus bersaing secara tidak sehat dengan kayu-kayu tanpa sertifikat yang bisa merusak industri kayu secara keseluruhan," imbuhnya.