Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melambat pada Kamis (5/9/2019), setelah laporan menunjukkan proyeksi persediaan minyak mentah Amerika Serikat meningkat.
Saat itu juga kabar tersebut menutupi sentimen positif terkait Washington dan Beijing yang sepakat menggelar pertemuan tingkat menteri untuk menyelesaikan sengketa dagang.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 14:09 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermedate (WTI) melemah 0,46% atau 0,26 poin ke posisi US$56,00 per barel, sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent melemah 0,26% atau 0,16 poin ke posisi US$60,54 per barel.
Minyak mentah, sebelumnya, telah bergelombang lebih dari 4% pada sesi usai data yang kuat dari China. Namun, harga emas hitam ini anjlok sesaat setelah American Petroleum Institute (API), Rabu (4/9) waktu setempat, memperlihatkan, stok minyak mentah AS pada pekan lalu bakal meningkat.
Dilansir dari Reuters, Kamis (5/9), API melaporkan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat naik 401.000 barel dalam pekan yang berakhir 30 Agustus menjadi 429,1 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 2,5 juta barel.
Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, turun 238.000 barel, sementara minyak mentah kilang turun 306.000 barel per hari.
Baca Juga
Harga minyak sempat bangkit mendekati 1% setelah kabar AS dan China telah sepakat untuk menghelat perundingan tingkat menteri di Washington pada awal Oktober mendatang. Namun, tak lama harga minyak kembali melemah.
Di Beijing, Kementerian Perdagangan China menyatakan, pembicaraan akan digelar dan kedua belah pihak sepakat bahwa mereka harus bekerja sama. “Mereka harus mengambil tindakan praktis untuk menciptakan kondisi yang baik untuk perundingan.”
Sementara itu, masih banyak bukti yang menunjukkan, ekonomi di seluruh dunia sedang dilanda perang dagang, sehingga mendorong turunnya ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak.
Seperti dikutip Reuters (4/9/2019), Chief Financial Officer BP Plc Brian Gilvary menggarisbawahi kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan minyak yang diperkirakan akan tumbuh kurang dari 1 juta barel per hari pada 2019 karena konsumsi melambat.
Edward Moya, analis senior di OANDA New York, mengatakan, harga minyak masih berfokus pada perang dagang dan menanti pertemuan China dan Amerika Serikat.
Pakar strategi komoditas Saxo Bank, Ole Hansen mengatakan, minyak mentah tetap bermasalah terhadap laporan bahwa produksi dari OPEC, Rusia dan AS semua naik bulan lalu.
“Hal ini [datang] pada saat kekuatan pertumbuhan permintaan memudar karena pesimisme perang dagang,” katanya.