Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) meningkatkan produksi untuk pertama kalinya pada bulan lalu.
Dalam survei Bloomberg, produksi minyak mentah OPEC naik 0,7% pada Agustus dari Juli. Kennaikan produksi itu terjadi di tengah upaya OPEC untuk mengurangi pasokan global.
Produksi minyak OPEC naik pada Agustus untuk pertama kalinya pada tahun ini. Nigeria dan Arab Saudi memimpin kenaikan produksi bulan lalu. Peningkatan produksi pertama sejak kartel tersebut memulai putaran baru pemangkasan produksi pada awal tahun ini.
Menurut survei berdasarkan perkiraan dari pejabat, data pelacakan kapal, dan konsultan, produksi minyak mentah OPEC naik 200.000 barel menjadi 29,99 juta barel per hari pada Agustus, dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Meski meningkatkan produksi minyak pada bulan lalu, Saudi masih memangkas lebih banyak dari yang dijanjikan dalam kesepakatan OPEC+, lantaran usaha ekstra mereka untuk menyeimbangkan pasar.
Riyadh meningkatkan produksi sebesar 50.000 barel per hari menjadi 9,83 juta per hari pada Agustus, saat konsumsi domestik naik di tengah melonjaknya penggunaan pendingin udara.
Pemotongan produksi yang lebih besar dari yang direncanakan oleh Saudi saat ini hanya menyeimbangkan kecurangan oleh anggota OPEC lainnya.
Nigeria bahkan belum melakukan pemotongan apa pun yang dijanjikan. Negara ini justru meningkatkan produksi lagi pada Agustus, sebesar 60.000 barel per hari menjadi 1,95 juta, level tertinggi sejak awal 2016.
Menurut Badan Energi Internasional, produsen Afrika Barat ini telah meningkatkan produksi ke tingkat maksimum di Egina baru ladang minyak lepas pantai yang dioperasikan oleh Total SA
OPEC dan sekutunya telah sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari pada awal tahun ini. OPEC sedang berjuang untuk menopang harga minyak mentah, karena ketegangan perang perdagangan AS-China, melemahkan permintaan global.
Pada saat yang sama, produksi minyak mentah Amerika terus tumbuh, sehingga berpotensi minyak membanjiri pasar.
Vandana Hari, pendiri Vanda Insights yang berbasis di Singapura mengatakan, gejolak perang dagang AS dan China menekan harga minyak ke bawah.
“Sementara laporan OPEC yang memperlihatkan peningkatan produksi secara bulanan pertama tahun ini pada Agustus terbukti sebagai kemerosotan,” katanya.
Di tempat lain, Rusia dikabarkan berupaya mematuhi sepenuhnya batas produksi OPEC+ pada bulan ini.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13:24 WIB, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,42% atau 0,23 poin ke posisi US$54,87 per barel. Adapun harga minyak mentah Brent melemah 0,07% atau 0,04 poin ke posisi US$58,62 per barel.