Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hong Kong Tegang, Indeks Hang Seng Seret Bursa Asia Melemah

Pelemahannya didorong oleh penurunan indeks Hang Seng Hong Kong sebesar 0,5 persen setelah kota ini kembali terpukul aksi protes anti-pemerintah
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia melemah pada perdagangan pagi ini, Senin (2/9/2019), setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) dan China saling memberlakukan tarif baru pada impor masing-masing sehingga memperkuat kekhawatiran investor terhadap perlambatan pertumbuhan global.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang, turun 0,3 persen. Pelemahannya didorong oleh penurunan indeks Hang Seng Hong Kong sebesar 0,5 persen setelah kota ini kembali terpukul aksi protes anti-pemerintah akhir pekan kemarin.

Meski demikian, bursa saham China daratan mampu bernasib lebih baik, dengan indeks CSI300 mencatat kenaikan 0,3 persen terlepas dari eskalasi perang perdagangan dengan AS.

Pada Minggu (1/9/2019), Dewan Negara China menyatakan akan meningkatkan penyesuaian kebijakan ekonomi.

Kemudian, survei swasta yang dirilis pada Senin (2/9) menunjukkan aktivitas manufaktur Negeri Tirai Bambu secara tak terduga berekspansi pada Agustus, kontras dengan data resmi yang menunjukkan kontraksi lebih lanjut.

Pada Minggu (1/9), pemerintahan Presiden AS Donald Trump mulai mengenakan tarif 15 persen terhadap berbagai jenis barang asal China, termasuk alas kaki, jam tangan pintar, dan televisi layar datar. Tak mau kalah, China memberlakukan bea baru terhadap minyak mentah AS.

Berbagai studi menunjukkan bahwa pengenaan tarif akan membebani rumah tangga AS hingga senilai US$1.000 per tahun. Putaran terakhir tarif tersebut pun akan memukul sejumlah besar barang konsumen AS.

“Sejauh ini Trump tampak menampik efek pemberlakuan tarif. Alih-alih, ia menyalahkan The Fed dan perusahaan-perusahaan Amerika atas kesulitan mereka dalam mengatasi tarif,” ujar Shane Oliver, kepala ekonom di AMP, Sydney.

“Namun ada jalan panjang yang harus ditempuh dan membangun kembali kepercayaan akan sulit setelah pengalaman sejak pertengahan tahun lalu. Pasar saham mungkin masih harus jatuh lebih jauh untuk menekan Trump menyelesaikan permasalahan ini,” lanjutnya, seperti dilansir dari Reuters.

Keresahan pasar juga tak lepas dari ketegangan di Hong Kong, setelah pihak kepolisian dan pemrotes bentrok dalam beberapa kasus kekerasan paling intens sejak kerusuhan meletus lebih dari tiga bulan lalu akibat menolak rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi.

Ribuan pengunjuk rasa memblokir jalan dan jaringan transportasi umum ke bandara Hong Kong akhir pekan kemarin. Polisi pun melakukan penangkapan setelah sebagian demonstran menghancurkan kamera dan lampu CCTV dengan tiang logam serta membongkar pintu putar stasiun.

Operator kereta bandara Airport Express menyatakan telah menangguhkan layanan pada Minggu sore. Adapun operator kereta bawah tanah Hong Kong MTR Corp. menyatakan fasilitas-fasilitas di 32 stasiunnya telah rusak parah karena protes dan menutup beberapa lokasi kereta bawah tanah pada Senin.

Polisi anti huru-hara Hong Kong dilaporkan berpatroli di stasiun-stasiun kereta bawah tanah pada pagi ini, menjelang rencana aksi unjuk rasa terkini yang mengancam akan mengganggu transportasi di wilayah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper