Bisnis.com, JAKARTA -- Avrist Asset Management mengambil langkah untuk menghadapi tren pelonggaran moneter dengan mengalokasikan portofolio reksa dana pasar uangnya ke instrumen deposito sambil melakukan diversifikasi aset.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menjelaskan, reksa dana pasar uang tetap memiliki keunggulan dari sisi stabilitas nilai investasi walaupun potensi imbal hasilnya cenderung mengikuti perubahan suku bunga.
“Reksa dana pasar uang kami masih mayoritas investasi di instrumen deposito. Diversifikasi di antara bank dengan rate menarik dan fundamental baik,” ujar Farash.
Dirinya menilai sejauh ini BI telah mengambil langkah di depan Bank Sentral AS (Federal Reserve) dalam menurunkan suku bunga.
Ke depannya, apabila The Fed kembali memangkas suku bunga sekali lagi menjelang akhir tahun, diperkirakan BI masih akan mengikuti sambil melihat stabilitas nilai tukar rupiah.
Adapun, pada bulan lalu, rata-rata suku bunga deposito tenor 12 bulan mulai bergerak turun menjadi 6,07% dari posisi 6,20% pada akhir Juni 2019.
Baca Juga
Penurunan tingkat suku bunga itu terjadi setelah tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia dipangkas sebesar 25 bps ke level 5,75% pada Juli. Pada bulan ini, BI kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,0%.
Adapun, produk reksa dana pasar uang berinvestasi 100% ke dalam instrumen pasar uang yang merupakan surat berharga (obligasi) yang jatuh tempo tidak lebih dari 1 tahun dan deposito perbankan.