Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Bahadopi, Vale Indonesia (INCO) Gandeng Perusahaan China

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mengungkapkan nilai investasi untuk proyek smelter di Bahadopi sekitar US$1,6 miliar—US$1,8 miliar.
Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk Nico Kanter (kanan) didampingi Wakil Presiden Direktur B. Irmanto berbicara pada acara Public Expose Marathon yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia, di Makassar, Kamis (14/9)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk Nico Kanter (kanan) didampingi Wakil Presiden Direktur B. Irmanto berbicara pada acara Public Expose Marathon yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia, di Makassar, Kamis (14/9)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA— PT Vale Indonesia Tbk. telah memiliki calon mitra untuk pengembangan proyek smelter di Bahadopi, Sulawesi Tengah.

Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan akan membangun pabrik feronikel di Bahadopi. Saat ini, pihaknya menyebut telah memasuki tahap final negosiasi komersial.

“Tahun lalu kami bilang tahap penjajakan saat ini sudah terpilih partnernya,” ujarnya di Jakarta, Selasa (27/8/2019).

Febriany menjelaskan bahwa nilai investasi untuk pabrik tersebut sekitar US$1,6 miliar—US$1,8 miliar. Perseroan akan berkolaborasi dengan mitra dari China.

Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, mengatakan negosisasi dengan mitra strategis untuk proyek Bahadopi sudah semakin mengerucut. Nantinya, emiten berkode saham INCO itu akan membentuk usaha patungan atau joint venture.

“[Negosiasi] sudah mengerecut ke satu perusahaan asal China,” jelasnya.

Selain di Bahadopi, INCO juga memiliki proyek greenfield di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Fasilitas itu akan membuat bahan baku untuk baterai mobil listrik.

Sebelumnya, Head of Investor Relations and Treasury Vale Indonesia Adi Susatio menjelaskan bahwa akan memakai teknologi high pressure acid leaching (HPAL). Perseroan akan membentuk JV dengan Sumitomo untuk pengembangan proyek di Pomalaa.

Adi menyebut pembangunan pabrik akan menelan biaya sekitar US$2,5 miliar. Sebagian besar kebutuhan dana akan dipenuhi melalui project financing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper