Bisnis.com, JAKARTA - PT Phapros Tbk. berupaya mendorong penjualan ekspor salah satunya dengan mengincar pasar baru yakni Amerika Selatan dan Afrika.
Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami mengatakan, perseroan akan melakukan ekspor produk Pro TB ke Peru, Amerika Selatan, pada November mendatang. Pada tahap awal, nilai ekspor produk di segmen obat resep ini senilai kurang dari Rp5 miliar.
Saat ini, emiten dengan kode saham PEHA itu, juga sedang menyelesaikan proses izin edar untuk penjualan produk Antimo di Nigeria. Negara di bagian Afrika Barat ini menjadi tujuan ekspor karena kebutuhan dan regulasi obat yang tidak jauh berbeda, serta jumlah penduduknya yang besar.
Emy mengatakan, penjualan ekspor PEHA saat ini sekitar Rp10 miliar atau kurang dari 1% terhadap penjualan. Dia menargetkan kontribusi penjualan ekspor dapat berkontribusi sedikitnya 5% terhadap penjualan pada tahun ini.
Hingga semester I/2019, entitas anak PT Kimia Farma (Persero) Tbk. ini mencatatkan penjualan senilai Rp550 miliar atau tumbuh 35% secara tahunan. Adapun, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA tumbuh di atas 25% secara tahunan.
"Sebelumnya kami sudah melakukan ekspor ke Kamboja, Afganistan, dan Myanmar melalui anak usaha yang baru diakuisisi PT Lucas Djaja," katanya usai RUPSLB pada Senin (26/8/2019).
Baca Juga
Lebih lanjut, perseroan batal mengakuisisi rumah sakit pada tahun ini. Sebaliknya, Phapros ingin menambah kepemilikan saham yang saat ini sebesar 20% dari jumlah saham di RS Permata Cirebon. Emy menjelaskan, akuisisi rumah sakit akan dilakukan oleh induk usaha, yakni Kimia Farma.
Phapros terus meningkatkan kapasitas produksi melalui penambahan mesin. Hingga Agustus 2019, perseroan telah menyerap 40% dari alokasi belanja modal senilai Rp350 miliar.
Direktur Keuangan Phapros Heru Heru Marsoni memperkirakan, serapan belanja modal hanya mencapai 70%-80% hingga akhir tahun ini. Sebab, pengadaan beberapa mesin baru dapat terealisasi di tahun depan.
"Sebagian [belanja modal] akan dilaksanakan pada 2020 karena perlu waktu 10 bulan untuk pengadaan. Sementara, kami menyatakan investasi setelah mesin beroperasi dan menghasilkan," imbuhnya.