Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah naik tajam pada akhir perdagangan Senin (19/8/2019), didorong tanda-tanda progres hubungan perdagangan Amerika Serikat-China dan eskalasi ketegangan di Timur Tengah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September 2019 ditutup melonjak US$1,34 atau 2,4 persen di level US$56,21 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak WTI untuk kontrak teraktif Oktober pun melonjak US$1,33 ke level US$56,14 per barel.
Adapun minyak Brent kontrak Oktober 2019 menanjak US$1,10 dan berakhir di level US$59,74 per barel di ICE Futures Europe Exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$3,60 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Menurut Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, pemerintah AS akan memperpanjang 90 hari periode dimana Huawei Technologies China, yang masuk dalam daftar hitam pemerintah AS pada Mei, dapat membeli komponen dari perusahaan-perusahaan AS agar dapat memasok pelanggan-pelanggannya.
Langkah ini dilakukan sepekan setelah Presiden AS Donald Trump menunda tarif baru pada sejumlah barang impor asal China hingga pertengahan Desember.
Sementara itu, serangan pesawat drone oleh pemberontak Yaman di ladang Shaybah di Arab Saudi, sumber sekitar 1 juta barel minyak per hari, menjadi pengingat akan ancaman yang terus berlanjut di jantung produksi minyak mentah global tersebut.
Baca Juga
Dalam pernyataannya, Saudi Arabian Oil Co. menyatakan serangan itu hanya memicu kebakaran kecil dan tidak menimbulkan gangguan pada produksi.
Harga minyak mentah telah jatuh sekitar 15 persen dari puncaknya pada akhir April akibat eskalasi pertikaian perdagangan AS dan China memunculkan gambaran buruk terhadap prospek pertumbuhan global yang sudah lemah.
Meski serangkaian serangan terhadap tanker dan fasilitas energi di Timur Tengah telah memberikan dukungan sementara untuk harga, kelebihan pasokan tetap menjadi perhatian utama.
“Keputusan soal Huawei menyiratkan bahwa Trump sekarang menyadari bahwa hal ini mampu menekan ekonomi global,” ujar Bob Yawger, direktur di Mizuho Securities USA, New York. “Spekulan masuk dan mendorong minyak bersama dengan setiap aset berisiko lainnya.”
Investor mendapat tanda-tanda bullish lebih lanjut dari laporan bahwa Jerman sedang mempersiapkan stimulus fiskal untuk mencegah kemungkinan resesi mendalam di ekonomi terbesar Eropa tersebut.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak September 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
19/8/2019 | 56,21 | +1,34 poin |
16/8/2019 | 54,87 | +0,40 poin |
15/8/2019 | 54,47 | -0,76 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Oktober 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
19/8/2019 | 59,74 | +1,10 poin |
16/8/2019 | 58,64 | +0,41 poin |
15/8/2019 | 58,23 | -1,25 poin |
Sumber: Bloomberg