Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia berpotensi melemah hingga akhir tahun, seiring dengan adanya proyeksi surplus produksi pada tahun depan.
Berdasarkan data Bloomberg pada Sabtu (17/8/2019), minyak mintah derivatif pada WTI Crude Oil naik 0,73% atau setara 0,4 poin menuju level US$54,87 per barel, untuk kontrak perdagangan Sepetember 2019.
Pada laporan bulanannya, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memotong prediksi permintaan minyak mentah pada 2019 menjadi 40.000 barel per hari seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi global akibat perang dagang AS - China.
Sentimen harga minyak mentah dunia juga dipengaruhi oleh ketegangan keluarnya Inggris dari Zona Eropa,d an peningkatan produksi dari produsen pesaing.
Analis Monex Investindo Futures Andian mengatakan, harga minyak mentah sempat mencatatkan pelemahan ke level US$54,6 per barel, setelah laporan OPEC yang menyatakan pandangan penyusutan permintaan minyak selama 2019, mendukung kerja sama OPEC+ untuk terus bertahan membatasi produksi.
"OPEC masih mengharapkan kerja sama dari negara-negara anggota dan negara rekanan untuk membatasi produksi, disertai prediksi peningkatan permintaan yang meningkat pada 2020," tulis Andian dalam laman resmi, Sabtu (17/8/2019).
Dia mengungkapkan, saat laporan tersebut dirilis, maka harga minya yang sempat menyentuh level US$55,35 per barel langsung mendingin. Menurutnya, nada dovish dari OPEC ini berpotensi menekan harga minyak untuk jangka pendek.