Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah tajam pada perdagangan Rabu (14/8/2019) karena kekhawatiran resesi mencengkeram pasar menyusul inversi kurva imbal hasil Treasury AS untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 800,49 poin atau 3,05 persen, ke level 25.479,42, sedangkan indeks S&P 500 melemah 85,72 poin atau 2,93 persen, ke 2.840,6, dan Nasdaq Composite turun 242,42 poin atau 3,02 persen ke level 7.773,94.
Dow Jones mencatat penurunan harian terbesar sejak Oktober setelah yield obligasi Treasury AS bertenor 2 tahun melampaui yield obligasi 10 tahun, yang dianggap sebagai sinyal resesi.
Sentimen negatif bertambah dari data ekonomi China dan Jerman yang tertekan perang perdagangan AS-China yang semakin sengit, ketidakjelasan Brexit, dan ketegangan geopolitik.
Jerman mencatat kontraksi dalam produk domestik bruto kuartal kedua, sedangkan pertumbuhan industri China pada bulan Juli mencapai level terendah dalam 17 tahun terakhir.
"Itu semua negatif hari ini. Kita sedang di luar musim laporan kinerja emiten dan pasar sedang dihadang oleh berita negatif," kata Chuck Carlson, chief executive officer Horizon Investment Services, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga
"Ini adalah reaksi pasar yang besar dan mungkin akan terus berlanjut. Saya kira ini akan berlanjut hingga setelah Hari Buruh,” tambah Carlson.
Berbaliknya kurva imbal hasil ini merupakan yang pertama kalinya sejak Juni 2007, beberapa bulan sebelum resesi besar yang menekan pasar selamabertahun-tahun. Sejak 50 tahun terakhir, kurva imbal hasil obligasi AS selalu berbalik sebelum terjadinya resesi.
"Mungkin kali ini berbeda, bahkan jika ini merupakan pertanda resesi yang akurat, bukan berarti ini akan terjadi besok," tambahnya.
Lebih dari 300 saham pada indeks S&P 500 melemah 10 persen atau lebih dari level tertinggnya dalam satu tahun terakhir, menurut data Refinitiv, bahkan 180 saham di antaranya telah jatuh lebih dari 20 persen.
Seluruh 11 sektor utama indeks S&P 500 ditutup di wilayah negatif, dengan sektor energi, finansial, bahan baku, barang konsumsi, dan layanan komunikasi semuanya turun 3 persen lebih.