Bisnis.com, JAKARTA – Kendati harga crude palm oil (CPO) sedang menguat 8,38 persen ke level MYR2.162 per ton selama tahun berjalan. Tapi minyak sawit sudah kehilangan masa keemasannya.
Berdasarkan data Bloomberg puncak harga CPO terjadi pada tiga tahun lalu (15/02/17) sebesar MYR3.306 per ton. Setelahnya harga cenderung mengalami penurunan sebesar 34,30 persen ke level MYR2.162 per ton.
Sampai dengan saat ini, harga tidak pernah lagi menguat ke level tertinggi atau bahkan sekedar mendekati. Adapun penguatan selama tahun berjalan didasari oleh penguatan harga CPO dalam sebulan terakhir sebesar 13,79% dari posisi MYR1.900 per ton. Sementara sepanjang Februari sampai dengan Juni harga cenderung mengalami penurunan.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan masih ada kemungkinan harga CPO memantul kembali pada semester II/2019 seiring memanasnya perang antara China dengan Amerika Serikat.
“Ada kemungkinan CPO akan terus menguat sampai MYR2.400 per ton karena masing-masing negara saling mengancam menaikkan bea masuk atau menghentikan importasi,” katanya.
Ibrahim menyebutkan bila China terbukti berhenti mengimpor minyak kedelai dari Amerika Serikat, maka itu peluang CPO untuk mengisi kekosongan di negara tirai bambu itu.
Selain itu upaya pemerintah untuk mengganti bahan bakar pesawat yakni avtur menjadi bio-avtur, Ibrahim sebut dapat meningkatkan konsumsi nasional secara drastis. Namun sekali lagi itu tergantung seberapa cepat implementasinya pada industri penerbangan nasional.