Bisnis.com, JAKARTA -- Guna mengatasi perang kurs, Bank Indonesia dan pemerintah perlu membidik stabilitas moneter dan perdagangan.
Peneliti Bidang Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menyatakan, guna mengantisipasi dampak negatif perang kurs sebagai imbas perang dagang pemerintah perlu disusun upaya kebijakan moneter dan perdagangan jangka pendek.
Abdul memprediksi pengaruh perang kurs ini akan masuk lewat beberapa jalur.
Dari segi moneter imbasnya rupiah akan cenderung tertekan. Oleh sebab itu, Bank Indonesia harus terus mengawal rupiah baik di pasar uang maupun di pasar saham.
"Rupiah tertekan karena dolar lari. Maka kita harus mengurangi kebergantungan terhadap dolar," ungkap Abdul Manap kepada Bisnis.com, Selasa (7/8/2019).
Beberapa upaya jangka pendek yang tersedia bagi pemerintah Indonesia misalnya memperluas bilateral swap agrement.
"Penggunaan mata uang antarnegara yang berdagang, tidak lagi pakai dolar," terang Abdul.
Dari sisi jalur perdagangan, Abdul menyebut pemerintah perlu mulai mengurangi konsentrasi ekspor Indonesia ke China dan Amerika Serikat.
Cara pertama adalah dengan memperluas jangkauan ke pasar nontradisional seperti ke kawasan Afrika.
Langkah kedua adalah penguatan peranan perwakilan Indonesia di luar negeri untuk mencari pasar ekspor baru.
Selain itu langkah ketiga adalah memacu foreign direct investment (FDI) atau investasi asing untuk industri berbasis ekspor.