Bisnis.com, JAKARTA – Mengawali Agustus 2019, harga minyak merosot untuk pertama kalinya dalam 6 hari, usai The Fed mengurangi ekspektasi tentang serangkaian pemotongan suku bunga dan pembicaraan dagang AS-China berakhir tanpa kemajuan yang nyata.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (1/8/2019), harga minyak mentah Brent turun 62 poin atau 1 persen menjadi US$64,43 per barel setelah turun lebih dari 1 persen pada awal sesi. Harga minyak West Texas Intermediate juga menurun 67 poin atau 1,2 persen menjadi US$57,91 per barel, juga telah turun lebih dari 1 poin sebelumnya.
Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (31/7) waktu setempat. Namun, berlawanan dengan ekspektasi, Gubernur The Fed Jerome Powell menyebut langkah itu bukan awal dari serangkaian panjang pemangkasan untuk menopang perekonomian, termasuk terhadap risiko pelemahan ekonomi global.
Victor Shum, mitra senior di IHS Singapura, mengatakan pasokan berlimpah dan penurunan permintaan menunjukkan tanda-tanda melemah secara global, karena konflik perdagangan, Brexit, dan peristiwa lain yang cenderung melemahkan pertumbuhan ekonomi. Begitu pula dengan minyak.
“Pasokan minyak besar di luar sana. Produksi AS tengah tumbuh kuat dan di samping itu ada kapasitas cadangan yang cukup di Arab Saudi untuk mengimbangi gangguan pasokan yang signifikan,” tuturnya.
Sebuah jajak pendapat bulanan Reuters menunjukkan harga minyak diperkirakan tak bergerak jauh dari posisi sekarang hingga akhir 2019, karena melambatnya pertumbuhan ekonomi serta sengketa perdagangan yang berkepanjangan antara AS dan China mengekang permintaan.
Baca Juga
Sementara itu, negosiator dari AS dan China, dua ekonomi terbesar di dunia, mengakhiri putaran pembicaraan perdagangan pada Rabu (31/7), tanpa sinyal kemajuan dan menunda pertemuan lanjutan hingga September.
Pada Rabu (31/7), Energy Information Administration melaporkan stok minyak mentah AS menyusut untuk pekan ketujuh berturut-turut, turun ke level terendah sejak November 2018, bahkan ketika produksi rebound dan impor bersih meningkat.
Persediaan minyak mentah turun 8,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Juli, jauh melebihi ekspektasi analis yang memproyeksi penurunan 2,6 juta barel. Namun, produksi melambung menjadi 12,2 juta barel per hari (bph), mendekati level baru-baru ini, dari 11,3 juta bph pada pekan sebelumnya.
Survei Reuters mencatat produksi minyak di antara anggota OPEC mencapai level terendah selama 8 tahun terakhir pada bulan lalu, karena pemotongan sukarela lebih lanjut oleh eksportir utama Arab Saudi. Adapun National Oil Corp milik negara Libya menyatakan force majeure atas pemuatan minyak mentah dari ladang minyak terbesar negara itu.