Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah melonjak pada akhir perdagangan Selasa (30/7/2019), menjelang rilis keputusan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak September 2019 ditutup naik tajam US$1,18 di level US$58,05 per barel di New York Mercantile Exchange. Dengan demikian, minyak WTI telah menguat untuk sesi perdagangan keempat berturut-turut.
Adapun harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September 2019 melonjak US$1,01 dan berakhir di level US$64,72 per barel di ICE Futures Europe Exchange pada Senin.
Baik minyak WTI maupun Brent bahkan melanjutkan relinya setelah penutupan sesi, masing-masing ke level US$58,38 per barel dan US$64,98 per barel pukul 4.50 sore waktu New York.
The Fed telah membuka rapat kebijakan moneternya (FOMC meeting) pada Selasa (30/7/2019). Dalam pertemuan yang berakhir Rabu (31/7/2019) waktu setempat itu, otoritas moneter AS ini diperkirakan akan menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
“Pasar energi mendapat dukungan saat para pelaku pasar memposisikan diri untuk penurunan suku bunga Fed,” terang analis PVM Oil Associates Ltd. dalam risetnya.
“Para penjaga kebijakan moneter AS diantisipasi luas akan memangkas suku bunga besok [Rabu waktu setempat]. Ini akan menekan dolar AS dan pada gilirannya mendukung harga minyak.”
Harga minyak mendapat dukungan lebih lanjut pada Selasa malam setelah American Petroleum Institute (API) dikabarkan melaporkan penyusutan cadangan AS selama tujuh pekan berturut-turut. Penurunan ini memperkuat gambaran pasar minyak yang dipasok dengan ketat.
Penurunan inventaris minyak Amerika yang stabil telah meredakan sebagian kekhawatiran tentang permintaan. API menemukan cadangan domestik turun 6,02 juta barel, lebih dari dua kali lipat estimasi median analis yang disurvei oleh Bloomberg. Laporan resmi pemerintah selanjutnya akan dirilis pada Rabu (31/7).
Sebelum memantapkan penguatannya, harga minyak sempat tergerus setelah Presiden AS Donald Trump mengkritik China dalam sebuah twit soal penyelesaian kesepakatan perdagangan, ketika kedua negara justru tengah melanjutkan pembicaraan perdagangan di Shanghai.
Namun menurut Bob Yawger, direktur futures di Mizuho Securities USA LLC., investor pada akhirnya mengabaikan kritikan tersebut.
“Pasar minyak mentah menyukai berita utama perdagangan. Bahkan jika sebelumnya terdengar negatif, pada akhirnya negara-negara itu [AS dan China] berusaha untuk membuat kesepakatan. Mereka tidak ada di sana untuk gagal, dan itu mendukung minyak,” jelas Yawger.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak September 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
30/7/2019 | 58,05 | +1,18 poin |
29/7/2019 | 56,87 | +0,67 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak September 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
30/7/2019 | 64,72 | +1,01 poin |
29/7/2019 | 63,71 | +0,25 poin |
Sumber: Bloomberg