Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di bursa Newcastle kembali tertekan dan mengakhiri perdagangan Kamis (18/7/2019) di zona merah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Agustus 2019 ditutup turun 0,27 persen atau 0,20 poin di level US$75 per metrik ton dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (17/7/2019), harga batu bara kontrak Agustus mampu rebound dan ditutup menanjak 1,35 persen atau 1 poin di level 75,20, setelah melemah empat hari beruntun sebelumnya.
Sebaliknya di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Oktober 2019 mampu melanjutkan kenaikannya dan ditutup menguat 0,49 persen atau 0,30 poin di level 61,65 pada perdagangan Kamis (18/7).
Namun harga batu bara thermal untuk pengiriman September 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange, tetap tertekan di zona merah dan berakhir melemah 0,21 persen atau 1,2 poin di level 578,6 yuan per metrik ton.
Dalam risetnya, Everbright Futures menerangkan bahwa konsumsi komoditas ini tetap relatif lemah dan dapat dipenuhi oleh perjanjian pasokan jangka panjang.
“Inventaris end user masih tinggi dan membatasi minat pembelian. Investor menunggu tanda-tanda peningkatan permintaan setelah musim hujan di China selatan, sambil mengawasi perubahan kebijakan terkait bea cukai,” paparnya, mengutip Bloomberg.
Sementara itu, penembakan jatuh drone Iran di Selat Hormuz tidak cukup untuk mengangkat harga minyak mentah, yang merosot ke level terendah dalam hampir satu bulan pada perdagangan Kamis (18/7/2019), di tengah pesimisme ekonomi global.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak Agustus ditutup melemah 2,6 persen atau 1,48 poin di level US$55,30 di New York Mercantile Exchange, jatuh ke level terendah sejak 19 Juni.
Adapun minyak Brent untuk kontrak September melemah 1,73 poin atau 2,72 persen dan ditutup pada level US$61,93 per barel di ICE Futures Europe Exchange, sebelum rebound ke US$62,44.
Dilansir Bloomberg, WTI sempat menguat sekitar 0,60 poin setelah Presiden Donald Trump mengatakan AS telah menjatuhkan pesawat tak berawak milik Iran di Teluk Persia. Namun sentimen ini bahkan tidak cukup untuk mendorong pasar.
Sebaliknya, minyak mentah melemah di tengah serentetan laporan kinerja pendapatan perusahaan yang mengecewakan, di samping tanda-tanda bahwa AS dan China hanya membuat sedikit kemajuan dalam kesepakatan perdagangan.
Sementara itu, operator pipa Rusia Transneft PJSC mengatakan pihaknya melanjutkan aliran penuh dari produsen minyak mentah terbesar di negara itu, Rosneft PJSC, setelah memberlakukan pembatasan karena kekhawatiran kontaminasi.
"Pasar bergerak dengan fakta bahwa permintaan minyak global lesu dan kemungkinan dorongan yang dapat memperbaiki situasi masih jauh dari terwujud," kata Judith Dwarkin, kepala ekonom di RS Energy, seperti dikutip Bloomberg.
"Tidak ada peningkatan dalam kesepakatan perdagangan AS-China meskipun mereka mengatakan akan kembali berunding," lanjutnya.
Minyak telah melemah sekitar 8 persen sejak awal pekan, menuju kinerja mingguan terburuk sejak akhir Mei. Momok dari konflik AS-China yang baru menekan prospek permintaan, sementara cadangan bahan bakar AS melonjak.
Kekhawatiran tersebut dibayangi bahwa Iran mungkin akan menutup Selat Hormuz, yang menjadi salah satu titik utama untuk banyak pengiriman minyak dunia.
Pergerakan harga batu bara kontrak Agustus 2019 di bursa Newcastle | |
---|---|
Tanggal | US$/MT |
18 Juli | 75,00 (-0,27 persen) |
17 Juli | 75,20 (+1,35 persen) |
16 Juli | 74,20 (-0,67 persen) |
Sumber: Bloomberg