Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang tahun berjalan, telah banyak analis yang muncul dengan memegang proyeksi bearish pada komoditas minyak kelapa sawit. Kali ini, analis dari Rabo Bank menambah daftar panjang proyeksi tersebut dengan mengatakan minyak kelapa sawit masih akan berada dalam tekanan hingga satu tahun ke depan.
Kepala Penelitian Pasar Komoditas Pertanian Rabobank Stefan Vogel mengatakan bahwa dalam 12 bulan hingga 18 bulan ke depan pasar minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) diprediksi masih belum dapat keluar dari kondisi kelebihan pasokan sehingga harga pun masih dalam tekanan.
“Minyak kelapa sawit harus cukup murah untuk menarik permintaan dan menyingkirkan kelebihan pasokan di pasar,” ujar Stefan seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (15/7/2019).
Dia mengatakan, setiap kenaikan harga terbatas dalam waktu dekat dengan kisaran kenaikan 20 persen hingga 30 persen maka CPO akan kehilangan pangsa pasar secara global karena pembeli akan beralih ke minyak nabati lainnya.
Namun, ketika harga terlalu rendah dapat mengurangi pendapatan perusahaan perkebunan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (15/7/2019), harga CPO berjangka di bursa Malaysia berhasil berbalik menguat dengan naik 0,72 persen menjadi 1.958 ringgit per ton. Kenaikan didorong oleh produksi CPO Malaysia periode Juni berhasil menurun 9,2 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan bahwa walaupun produksi CPO Malaysia periode Juni menurun, tetapi permintaan masih terlihat lemah yang tercermin dari data ekspor CPO Malaysia untuk Juni yang juga turun 19,4 persen dari bulan sebelumnya.
“Oleh karena itu, kami melihat harga CPO global masih dalam tekanan sepanjang pekan, akibat pelemahan permintaan CPO dari Malaysia,” ujar Andy seperti dikutip dari publikasi risetnya, Senin (15/7/2019).
Di sisi lain, cadangan minyak sawit di Indonesia naik 11 persen ke level tertingginya dalam 6 bulan terakhir pada Mei 2019 menjadi 3,53 juta metrik ton. Kenaikan tersebut lebih tinggi daripada yang diestimasikan pasar sebesar 2,55 juta metrik ton.
Kenaikan tersebut juga lebih tinggi dari pencapaian bulan sebelumnya sebesar 3,18 juta metrik ton.
Kepala Penelitian Sunvin Group Anilkumar Bagani mengatakan bahwa mengingat pemulihan dalam produksi dan ekspektasi penurunan ekspor pada bulan lalu, persediaan Indonesia memang telah diperkirakan akan meningkat.
“Jika stok digabungkan dengan Malaysia, maka akan mencapai 6 juta ton menjelang siklus puncak produksi,” papar Anilkumar seperti dikutip dari Bloomberg.
Stok Indonesia yang lebih tinggi daripada perkiraan dapat menambah tekanan pada harga karena pedagang akan menimbang dua kali lipat proyeksi harga komoditas di tengah musim produksi yang meningkat di paruh kedua tahun ini dan jumlah ekspor yang lemah.
Adapun, sepanjang tahun berjalan, minyak kelapa sawit telah bergerak melemah sebesar 5,19 persen.