Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi, PT Indofarma (Persero) Tbk. tengah menata kembali portofolio produknya agar dapat memperbaiki kinerja perseroan. Salah satunya, produk onkologi yang ditargetkan dapat dirilis pada 2020.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan, perseroan menata kembali portofolio produk sehingga dapat menyasar pasar reguler. Emiten dengan kode saham INAF ini memang ingin memperbesar pasar reguler, dari yang selama ini didominasi tender dan ekatalog.
Dalam catatan Bisnis.com, perseroan melakukan join operation dengan Myland, perusahaan AS yang berbasis di India, untuk pengembangan produk onkologi. Produk ini memberikan margin tebal dibandingkan dengan produk generik.
Arief mengatakan, produk onkologi tidak hanya memberikan margin yang lebih baik. Produk ini juga dapat memberikan penjualan lebih tinggi.
Dia berharap peluncuran produk tersebut dapat memperbaiki kinerja perseroan. Pada tahun ini, perusahaan farmasi itu mengincar laba sebesar Rp6,22 miliar pada 2019, setelah mencatat rugi sebesar Rp32,73 miliar pada 2018.
"Produk onkologi semoga bisa di-launching tahun depan," katanya baru-baru ini.
Baca Juga
Selain produk onkologi, perusahaan juga merambah segmen alat kesehatan seperti bahan medis sekali pakai. Untuk pengembangan bahan medis sekali pakai, perseroan bekerja sama dengan Insung co.,ltd, perusahaan asal Korea.
Di samping itu, perseroan menata kembali segmen herbal dengan masuk ke industri ekstraksi. Dengan begitu, INAF berharap dapat menyasar pasar yang lebih luas salah satunya di sektor makanan dan minuman.
"Kami akan repositioning herbal dengan industri ekstraksi. Kami ingin menyasar pasar yang lebih luas," katanya.
Sebelumnya, dalam paparan publik pada awal Mei lalu, Direktur Keuangan & Human Capital Herry Triyatno mengatakan, perseroan akan memperbaiki portofolio produk untuk mencapai target laba di tahun ini, salah satunya dengan mengurangi porsi penjualan obat generik bermerek yang saat ini 90% menjadi 60% terhadap pendapatan. Adapun, 40% lainnya bakal disumbang dari pendapatan lain lain.
"Generik itu [marjinnya] tipis. Selain itu, collection-nya juga lama. Generik masih mungkin jumlahnya 60% dan 40% dari lain lain dalam dua tahun ke depan," katanya.
Dia mengatakan, kerja sama dengan 9 mitra internasional yang telah diinisiasi sejak 2018 dan saat ini sedang berjalan akan menopang pertumbuhan pendapatan di tahun ini. Sembilan kerja sama itu terdiri dari 4 join operation dan 5 join venture.
Untuk 9 proyek kerja sama ini, perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp83,18 miliar pada 2019 yang bersumber dari kas internal dan pinjaman bank. Salah satu kerja sama dengan nilai terbesar yakni pengembangan produk onkologi.