Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Indeks Papan Pengembangan Masih Merah

Sepanjang tahun berjalan per 10 Juli 2019, kinerja indeks papan pengembangan parkir sendiri di zona merah dengan pelemahan sebesar 3,45%. Sementara itu, IHSG tumbuh sebesar 3,49%, indeks papan utama menguat 4,42%, dan indeks LQ45 naik 4,32% secara year-to-date hingga akhir perdagangan Rabu (10/7/2019).
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Penghuni indeks papan pengembangan diperkirakan masih sulit menyejajarkan diri dengan penguatan di indeks saham lainnya, seperti IHSG, indeks papan utama, maupun LQ45.

Sepanjang tahun berjalan per 10 Juli 2019, kinerja indeks papan pengembangan parkir sendiri di zona merah dengan pelemahan sebesar 3,45%. Sementara itu, IHSG tumbuh sebesar 3,49%, indeks papan utama menguat 4,42%, dan indeks LQ45 naik 4,32% secara year-to-date hingga akhir perdagangan Rabu (10/7/2019).

Padahal, saham-saham yang tercatat di papan pengembangan sejak awal tahun ini telah tumbuh fantastis, yang sebagian besar adalah saham-saham anyar seperti PT Citra Putra Realty Tbk. (CLAY) yang melejit 1.883,33%, PT Nusantara Properti Internasional Tbk. (NATO) yang menanjak 642,72%, dan saham PT Krida Jaringan Nusantara Tbk. (KJEN) yang naik 600,50%.

Sementara itu, kontributor utama pergerakan IHSG masih disumbangkan oleh emiten-emiten berkaitalisasi pasar besar yang tercatat di indeks papan utama, khususnya emiten perbankan dan telekomunikasi.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi kontributor terbesar dalam penguatan IHSG yang naik 28,47% sejak awal tahun. Selanjutnya, saham milik PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. mengikuti dengan kenaikan masing-masing 16,44% dan 19,26% ytd.

Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma menjelaskan, investor asing yang telah banyak masuk ke pasar modal domestik sejak awal tahun cenderung lebih banyak memburu saham-saham blue chip yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan berfundamental bagus.

Tercatat, sejak awal tahun ini investor asing telah mencatatkan aksi beli bersih (net buy) senilai total Rp70,76 triliun. Adapun sepanjang hari perdagangan Rabu (10/7/2019), aksi beli investor asing tercatat Rp357,55 miliar.

“Biasanya kalau dana asing masuk karena kondisi pasar Indonesia menarik, yang pertama diincar itu pasti yang big caps dulu. Nanti kalau [big caps] sudah naik, saham baris kedua dan ketiga baru ikut naik,” kata Suria kepada Bisnis.com, Rabu (10/7/2019).

Menurut Suria, kendati perusahaan-perusahaan pendatang baru sejak awal tahun ini banyak yang terkena auto reject atas ketika baru pertama kali diperdagangkan, hal itu dinilai tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap kinerja indeks papan pengembangan.

Pasalnya, selain karena likuiditas yang tipis, pembeli saham-saham baru tersebut kebanyakan dari lokal yang bisa melakukan spekulasi harga.

Ke depannya, menurut Suria, masuknya perusahaan rintisan (start up) di pasar modal yang akan mencatatkan saham lewat papan pengembangan diharapkan dapat membuat indeks saham pengembangan jadi menarik.

BELUM STABIL

Senada, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menambahkan, fraksi harga saham di indeks papan pengembangan yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan fraksi harga saham-saham big caps membuatnya sedikit diburu oleh investor.

“Seperti BBRI, BBCA, dan UNVR itu kan kapitalisasi pasarnya besar dan dari sisi fraksi harga juga tinggi. Itu juga yang akhirnya membuat saham-saham di papan utama itu kenaikannya lebih tinggi,” jelasnya.

Selain itu, kondisi pasar yang belum stabil dinilai menjadi faktor yang membuat harapan penguatan indeks papan pengembangan pada semester II/2019 menjadi tak terlihat.

“Kalau ingin small caps ini naik, kondisi pasar harus bagus dulu. Kondisi pasar sekarang kan masih rentan terjadi profit taking,” imbuh Reza.

Dengan demikian, saham-saham yang ada di indeks papan pengembangan dinilai masih akan menjadi pilihan trading buy oleh para investor untuk memanfaatkan kenaikan harga dengan spekulasi.

Sementara itu, Reza masih merekomendasikan beberapa saham penghuni indeks papan pengembangan seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) karena lumayan likuid, PT Surya Toto Indonesia Tbk. (TOTO) tertopang oleh penjualan sanitary dan laba tahun lalunya juga bagus, PT Transcoal Pacific Tbk. (TCPI), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) untuk dicermati.

“Kalau untuk investasi jangka panjang, perlu dilihat internal dari perusahaan yang ada di papan pengembangan tersebut,” kata Reza.

Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial menambahkan, beberapa saham lainnya yang memiliki fundamental baik walaupun kurang likuid tetap bisa dicermati oleh investor, seperti saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA), PT Sentul City Tbk. (BKSL), dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

“Karena faktor kurang likuid, performanya masih di bawah saham lapis kedua [medium market caps]. Investor kan perlu likuiditas menarik untuk bisa exit,” ungkap Janson.

Adapun, Janson pesimistis untuk kenaikan indeks papan pengembangan pada semester II/2019 nanti karena, selain faktor likuiditas yang kurang mendukung, masih akan tertekan dari faktor eksternal.

“Investor lebih memilih saham lapis kedua atau big caps ketika harga koreksi tajam,” tutur Janson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper