Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas naik setelah bank sentral Federal Reserve Amerika Serikat (AS) mengindikasikan siap memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam satu dekade di tengah perlambatan ekonomi global.
Berdasarkan data Bloomberg, spot emas menguat 0,6 persen ke level US$1.427,23 per ounce sebelum menyentuh level 1.425,02 pada Rabu (10/7/2019) pukul 09.02 pagi waktu Singapura. Pada saat yang sama, Bloomberg Dollar Spot Index turun 0,1 persen.
Emas bahkan tercatat sempat mencapai posisi 1.439,21 pada 25 Juni, level tertingginya sejak 2013. Spot logam mulia lain seperti perak dan platinum ikut naik, masing-masing sebesar 0,3 persen pagi ini.
Emas kembali diperdagangkan di atas level US$1.400 per ounce setelah investor menangkap pandangan dovish The Fed melalui pernyataan Gubernur Jerome Powell.
Komentar Powell menyingkirkan keraguan investor soal tertekannya prospek pelonggaran kebijakan moneter bank sentral AS tersebut setelah rilis data payroll AS pada Jumat (5/7/2019) menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan.
Dalam testimoninya di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS pada Rabu (10/7/2019), Powell mengakui laporan untuk bulan Juni itu adalah berita yang bagus.
Namun, jelasnya, data ini tidak cukup memberi dampak karena pada saat yang sama upah tidak meningkat cukup cepat untuk memicu inflasi.
Prospek penurunan suku bunga yang meningkatkan daya tarik aset tanpa bunga pun mendongkrak emas diperdagangkan mendekati level tertingginya dalam enam tahun.
Sementara itu, ketegangan geopolitik dan perdagangan turut memacu permintaan untuk aset safe haven yang kerap diburu di tengah ketidakpastian global tersebut.
Meski pemerintah AS dan China telah sepakat untuk melanjutkan perundingan perdagangan dan menghentikan pengenaan tarif baru untuk sementara, Powell tetap menekankan risiko penurunan yang berasal dari ketidakpastian perdagangan dan melambatnya momentum di beberapa negara.
Risalah dari pertemuan kebijakan moneter The Fed 18-19 Juni yang dirilis pada Rabu (10/7) juga mengkonfirmasikan kecenderungan di antara para pembuat kebijakan untuk segera melonggarkan kebijakan moneternya.
“Meski akan ada sedikit sandungan di tengah pergerakannya mengingat tingkat skeptisisme dalam siklus reli emas, kami pikir akan ada dorongan yang lebih besar untuk emas dalam beberapa pekan dan bulan mendatang,” ujar Stephen Innes, managing partner di Vanguard Markets Pte. "
“Jadi harga emas bisa tetap berada di jalur yang lebih tinggi karena bank sentral mengambil sikap pelonggaran dan dolar AS secara bertahap melemah dengan The Fed yang lebih dovish,” lanjut Innes memaparkan.