Bisnis.com, JAKARTA - Naiknya harga minyak pada perdagangan Rabu (10/7/2019) dorong rupiah kembali ditutup melemah melawan dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (10/7/2019), rupiah berada di level Rp14.132 per dolar AS, melemah tipis 0,014% atau 2 poin.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama lainnya bergerak melemah 0,1% menjadi 97,382.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa menguatnya harga minyak saat ini yang kembali membawa komoditas tersebut di level US$59 per barel akan berdampak negatif terhadap impor minyak Indonesia.
"Hingga akhirnya harga minyak yang tinggi tersebut juga akan berdampak terhadap neraca perdagangan dan rupiah," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (10/7/2019).
Selain itu, pelemahan rupiah juga masih disebabkan oleh banyak sentimen ketidakpastian yang tersebar di pasar. Pelaku pasar tengah menanti arah kebijakan moneter The Fed terkait pemangkasan suku bunga acuan pada akhir bulan ini.
Baca Juga
Gubernur The Fed Jerome Powell dijadwalkan memberikan pernyataannya di depan House Financial Services Committee pada Rabu (10/7/2019) waktu setempat.
Investor masih mengharapkan pemotongan 25 basis poin karena inflasi yang lemah dan kekhawatiran pasar terkait pelemahan pertumbuhan bisnis akibat perang perdagangan AS-China.
Di sisi lain, dua pemain ekonomi utama Asia (Jepang-Korea Selatan) tampaknya mendekati perang dagang akibat dari perselisihan politik.
PM Jepang Shinzo Abe memberlakukan pembatasan baru pada ekspor yang dapat menghantam industri teknologi Korea Selatan, keputusan ini dapat memicu perang dagang dengan Korea Selatan.
Ibrahim memprediksi rupiah masih akan diperdagangkan cenderung melemah pada perdagagangan Kamis (10/7/2019) di kisaran level Rp14.090 per dolar AS hingga Rp14.190 per dolar AS.