Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memasuki Semester II/2019, Harga Emas Kembali di Bawah US$1.400

Mengawali kuartal ketiga tahun ini, emas kembali diperdagangkan di bawah level US$1.400 per troy ounce setelah AS dan China sepakat untuk melanjutkan negosiasi perdagangan yang sempat terhenti 6 pekan lalu.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Mengawali kuartal ketiga tahun ini, emas kembali diperdagangkan di bawah level US$1.400 per troy ounce setelah AS dan China sepakat untuk melanjutkan negosiasi perdagangan yang sempat terhenti 6 pekan lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (1/7/2019) hingga pukul 12.08 WIB, harga emas di pasar spot bergerak di level US$1.390,92 per troy ounce, melemah 1,32% . Secara year to date, emas masih bergerak menguat 8,45%.

Sementara itu, harga emas di bursa Comex bergerak melemah 1,28% menjadi US$1.395,6 per troy ounce. Sepanjang tahun berajalan, emas masih bergerak naik 8,92%.

Ahli Strategi Komoditas di Australia dan Selandia Baru Banking Group Daniel Hynes mengatakan bahwa pelemahan emas yang terjadi sudah diperkirakan karena pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pada akhir pekan lalu mengurangi ketegangan yang telah berlangsung lama sehingga membuat emas menjadi tidak menarik.

Namun, dia optimistis bahwa pelemahan emas kali ini hanya bersifat sementara karena investor akan memperhatikan data pekerjaan AS yang akan dirilis Jumat pekan ini sebagai petunjuk terkait langkah yang akan diambil oleh The Fed untuk kebijakan moneternya.

"Tapi saya pikir prospek adanya pemangkasan suku bunga AS tetap menjadi kekuatan pendorong utama bagi emas. Jadi kami cukup positif terhadap emas, karena pemangkasan suku bunga oleh The Fed sangat berpotensi dilakukan dalam waktu dekat sehingga akan meningkatkan permintaan emas," papar Daniel seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (1/7/2019).

Seperti yang diketahui, Trump dan Xi Jinping sepakat untuk kembali ke meja perundingan pada pertemuannya di sela-sela KTT G20 yang diselenggarakan di Osaka, Jepang akhir pekan lalu.

AS menyetujui memberhentikan sementara kenaikan tarif impor produk China dan Negara Panda tersebut pun setuju akan membeli produk pertanian AS dengan jumlah besar dalam waktu dekat.

Selain itu, Trump juga mengatakan bahwa pihaknya akan mengizinkan kembali perusahaan teknologi raksasa asal China, Huawei Technologies Co untuk membeli beberapa produk dari pemasok AS setelah perusahaan tersebut masuk ke dalam daftar hitam Departemen Perdagangan AS.

Walaupun demikian, analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa pada perdagangan hari ini, emas memiliki kesempatan untuk berbalik arah ke zona hijau seiring dengan data indeks manufaktur AS dari ISM yang akan dirilis hari ini.

"Jika data tersebut dirilis lebih rendah dari estimasi pasar, maka dapat berpotensi menopang kenaikan harga emas," ujar Faisyal dalam publikasi risetnya, Senin (1/7/2019).

Dia mengatakan, level support terdekat emas berada di level US$1.388 per troy ounce, jika menembus level tersebut maka emas berpeluang memicu penurunan lanjutan menuju US$1.383 per troy ounce sebelum menargetkan ke area support kunci di level US$1.375 per troy ounce.

Sebaliknya, jika emas berhasil bergerak naik maka level resisten terdekat emas berada di US$1.398 per troy ounce dan penguatan yang dapat menembus level tersebut memicu kenaikan lanjutan emas ke level US$1.403 per troy ounce sebelum mengincar ke area resisten kunci di US$1.411 per troy ounce.

Adapun, pelemahan emas telah menggagalkan reli tajam yang telah terjadi dalam perdagangan emas satu bulan terakhir. Sepanjang Juni, emas berhasil membukukan kenaikan bulanan terbesar sejak Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa pada 2016 lalu.

Selain itu, pada Juni emas juga telah melonjak ke level tertingginya sejak 2013, di tengah ekspektasi pasar adanya kebijakan moneter yang lebih longgar oleh mayoritas bank sentral, meningkatnya ketegangan geopolitik, dan proyeksi pertumbuhan global yang lebih lambat.

Penguatan emas juga bersamaan dengan pelemahan indeks dolar AS akibat komentar dovish oleh The Fed yang mengatakan akan memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Sepanjang bulan lalu, emas berhasil menguat sebesar 7,96% dengan level tertingginya menyentuh US$1.423, 44 per troy ounce. Sementara itu, indeks dolar AS telah bergerak melemah 1,6% sehingga menjadi penurunan bulanan pertama bagi greenback sejak Januari 2019.

"Kendati demikian, penguatan emas tidak hanya terjadi terhadap dolar AS, tetapi emas berhasil menguat hampir terhadap semua mata uang lainnya," ujar Nicky Shiels, Ahli Strategi Komoditas di Bank of Nova Scotia, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (1/7/2019).

Reli emas semakin didorong oleh eskalasi ketegangan AS-Iran dan kekhawatiran bahwa perselisihan perdagangan mengganggu pertumbuhan global. 

Di sisi lain, pada perdagangan hari ini, mayoritas logam mulia lainnya juga bergerak melemah. Perak bergerak melemah 0,66% menjadi US$15,21 per troy ounce dan platinum melemah tipis 0,03% menjadi US$834,58 per troy ounce.

Hanya paladium yang berhasil menguat tipis 0,02% menjadi US$1.537,79 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper