Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jerome Powell Bela Independensi The Fed, Emas Berbalik Melemah

Emas terkoreksi pada perdagangan Rabu (26/6/2019) setelah menyentuh level tertingginya dalam 6 tahun terakhir akibat komentar Ketua The Fed Jerome Powell yang meredam ekspetasi pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat, sentimen utama yang mendorong emas untuk reli.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Emas terkoreksi pada perdagangan Rabu (26/6/2019) setelah menyentuh level tertingginya dalam 6 tahun terakhir akibat komentar Ketua The Fed Jerome Powell yang meredam ekspetasi pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat, sentimen utama yang mendorong emas untuk reli.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (26/6/2019) hingga pukul 13.32 WIB, harga emas di pasar spot bergerak pada level US$1.407,25 per troy ounce, melemah 1,14%. Sementara itu, harga emas di bursa Comex juga melemah 0,48% menjadi US$1.411,9 per troy ounce.

Logam mulia produk dalam negeri, emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam), juga bergerak melemah dengan turun Rp4.000 menjadi Rp709.000 per gram setelah diperdagangkan pada level tertingginya Rp713.000 per gram pada perdagangan sebelumnya.

Emas berbalik melemah setelah melonjak melalui level resistensi teknis dan level psikologis utama karena mayoritas bank sentral mengadopsi sikap yang lebih dovish dalam menentukan kebijakan moneternya,

Direktur Eksekutif Komoditas dan Valas UBS Group AG Wayne Gordon mengatakan bahwa reli emas yang terjadi sepanjang pekan lalu membuat emas sedikit berpotensi bergeser di posisi overbought.

"Seperti yang kita lihat dari pembicaraan The Fed selama beberapa hari terakhir, pemangkasan suku bunga hingga 50 basis poin terlihat cukup ekstrim bagi The Fed. Jadi jelas, pasar diatur untuk sedikit dikecewakan dengan pupusnya ekspektasi pemangkasan suku bunga pada bulan depan, karena kita semakin dekat ke Juli," ujar Wayne seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/6/2019).

Kemarin, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan independensi bank sentral, menyatakan bahwa dirinya terisolasi dari tekanan politik jangka pendek sehingga memberikan sinyal bahwa pihaknya kembali tidak menggubris permintaan Presiden AS Donald Trump untuk memangkas suku bunga acuan secara signifikan.

Secara terpisah, Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengatakan bahwa dirinya tidak berpikir keadaan ekonomi AS cukup parah sehingga memerlukan pemangkasan suku bunga hingga 50 basis poin dalam waktu dekat.

Padahal, sebelumnya Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa dirinya berharap terdapat pengurangan 50 basis poin untuk suku bunga acuan pada pertemuan bank sentral 18-19 Juli mendatang.

Meski pemangkasan suku bunga acuan hingga 50 basis poin tampaknya tidak akan terjadi pada pertemuan The Fed Juli mendatang, investor tetap berharap adanya pemangkasan suku bunga setidaknya hingga 25 basis poin.

Kepala Strategi Pasar Bank United Overseas Singapura Heng Koon How mengatakan bahwa dirinya sudah menduga dan telah melihat bahwa penguatan emas akan segera beralih ke zona merah.

"Emas telah menguat sangat tajam sepanjang perdagangan satu bulan lalu, sehingga aksi ambil untung jangka pendek telah di ekspektasikan," ujar Heng Koon How seperti dikutip dari Reuters, Rabu (26/6/2019).

Selain itu, pasar masih akan melihat perkembangan ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan sengketa perdagangan AS dan China terkini. Pemerintah AS bersedia untuk menunda gelombang kenaikan tarif impor China selanjutnya, terutama untuk produk senilai US$300 miliar.

Pada saat yang sama, AS dan China juga tengah mempersiapkan pertemuan dua kepala negaranya di sela-sela KTT G20 akhir pekan ini di Jepang. Hasil pertemuan direncanakan dapat diumumkan ke publik pada Sabtu (29/6/2019).

Jika perkembangan dua sentimen tersebut membuat pasar kembali bergerak di tengah ketidakpastian, maka emas berpotensi untuk bergerak menguat kembali.

Sementara itu, analis PT Monex Investindo Futures Ahmad mengatakan bahwa harga emas sesungguhnya tetap berpeluang bergerak naik seiring dengan rilis data kepercayaan konsumen AS terbaru turun dari 134,1 menjadi 121,5 pada Juni sehingga menambah tekanan terhadap dolar AS.

"Emas berpotensi naik menguji level resisten di US$1.420 per troy ounce. Penembusan level resisten tersebut berpeluang menopang kenaikan harga emas menguji level resisten selanjutnya di US$1.425 per troy ounce dan US$1.432 per troy ounce," ujar Ahmad seperti dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (26/6/2019). 

Di sisi lain, di tengah emas yang mulai kehilangan daya tariknya, dolar AS berhasil bergerak menguat. Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekerangjan mata uang mayor bergerak di level 96,25 menguat 0,11%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper