Bisnis.com, JAKARTA – Emas berhasil tembus level US$1.400 per troy ounce untuk pertama kalinya sejak 2013 pada perdagangan Jumat (21/6/2019), memanfaatkan momentum bullish dari ungkapan dovish beberapa bank sentral dan meningkatnya ketegangan geopolitik sehingga menambah daya tarik emas sebagai aset investasi aman.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (21/6/2019) hingga pukul 14.35 WIB, harga emas di pasar spot bergerak menguat tipis 0,06% di level US$1.89,30 per troy ounce. Pada pertengahan perdagangan, emas sempat menyentuh US$1.406,81 per troy ounce.
Sementara itu, emas di pasar Comex bergerak terkoreksi tipis 0,10% menjadi US$1.395,5 per troy ounce. Padahal, pada pertengahan perdagangan emas sempat menyentuh level US$1.415,4 per troy ounce.
Direktur Eksekutif Komoditas dan Valuta Asing Unit Manajemen Kekayaan UBS Group AG Wayne Gordon mengatakan bahwa logam mulia ini sedang menuju keniakan mingguan terbaik dalam 3 tahun terakhir karena The Fed membuka pintu bagi penurunan suku bunga AS dalam waktu dekat yang melemahkan greenback.
Selain itu, pernyataan dovish tidak hanya diungkapkan oleh Bank Sentral AS, melainkan Bank Sentral Eropa dan Australia juga mengisyaratkan akan mengeluarkan beberapa upaya untuk merangsang pertumbuhan ekonominya.
“Mengingat pergeseran dovish baru-baru ini dilakukan oleh mayoritas bank sentral, kami melihat minat terhadap emas cenderung meningkat lebih lanjut selama beberapa tahun ke depan,” ujar Wayne seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (21/6/2019).
Baca Juga
Permintaan aset investasi aman ini juga didukung oleh meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran setelah jatuhnya pesawar tak berawak (drone) miliki AS.
Sementara itu, Gordon mengatakan bahwa satu-satunya risiko yang akan membatasi kenaikan emas selama 3 bulan ke depan adalah jika The Fed tidak memangkas suku bunganya pada Juli.
Di sisi lain, mengutip publikasi riset Citigroup Inc, pihaknya membenarkan adanya demam emas bullish sehingga akan menaikkan perkiraan harga emas mereka.
“Kombinasi kebijakan moneter yang longgar, dolar yang lebih lemah, peningkatan risiko geopolitik, dan melemahnya pertumbuhan AS memicu prospek optimis untuk logam,” tulis Citigroup dalam risetnya seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (21/6/2019).
Investor terkenal asal Amerika, Paul Tudor Jones, mengatakan bahwa telah menjadikan emas sebagai aset investasi favoritnya dalam 12 bulan hingga 24 bulan ke depan.
“Jika harga telah mencapai US$1.400 per troy ounce, maka emas akan dengan cepat bergerak ke level US$1.700 per troy ounce,” ujar Paul.