Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan produsen lain termasuk Rusia dilaporkan tengah dalam pembicaraan final terkait kesepakatan pemangkasan. Selain itu dibahas pula kerja sama jangka panjang terkait pasokan minyak.
Nikkei melaporkan, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14/6/2019), Menteri Energi Rusia Alexander Novak Kemungkinan hasil dari perundingan ini bakal ditandatangani awal Juli mendatang. Kepada Nikkei, Novak juga mengatakan, diskusi tersebut menyinggung pemindahan tanggal pertemuan ke awal Juli, dari rencana semula 25-26 Juni.
OPEC dan produsen minyak lain termasuk Rusia – kelompok yang dikenal dengan OPEC+- sejak Januari lalu telah menerapkan kesepakatan pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari, guna menstabilkan harga.
Mereka dijadwalkan bertemu pada 25-26 Juli mendatang untuk membahas kemungkinan perpanjangan pemotongan produksi tersebut.
Nikkei melaporkan, kelompok tersebut berusaha menjadikan OPEC+ kerangka kerja permanen di bawah kesepakatan yang bakal ditanda tangani pada pertemuan berikutnya. Namun, dalam laporan itu tidak disinggung apakah Rusia setuju dengan perpanjangan pemangkasan produksi atau tidak.
Sementara itu, OPEC memangkas perkiraan mereka tentang pertumbuhan minyak global. Hal itu dilatarbelakangi oleh sengketa perdagangan yang berpotensi menurunkan permintaan minyak global.
Baca Juga
Dalam laporan bulanannya yang diterbitkan Kamis (13/6/2019), OPEC memperkirakan, permintaan minyak dunia akan naik 1,14 juta barel per hari pada tahun ini, akan tetapijumlah itu berkurang 70.000 bph dari perkiraan sebelumnya 1,21 juta barel per hari.
"Sepanjang paruh pertama tahun ini, ketegangan perdagangan global yang sedang berlangsung telah meningkat. Risiko penurunan signifikan dari meningkatnya sengketa dagang yang berimbas pada pertumbuhan permintaan global tetap ada," kata OPEC dalam laporannya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/6/2019).
Sementara itu, organisasi yang berbasis di Wina ini menyatakan, produksi mereka turun pada Mei karena sanksi AS terhadap Iran.
Dalam hal ini, produksi oleh ke-14 anggota OPEC turun 236.000 barel per hari dari April menjadi 29,88 juta barel per hari.
Pasokan dari Iran mencatat penurunan terbesar, sebesar 227.000 barel per hari. Sedangkan, eksportir top Arab Saudi melakukan pemotongan sukarela lebih lanjut, membantu mengimbangi peningkatan di Irak dan Angola.
Dalam perkembangan lain, harga minyak mentah dunia terpantau berada di zona hijau. Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.18 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat tipis 0,10% atau 0,05 poin ke level US$52,33 per barel. Harga minyak mentah Brent juga menguat tipis 0,44% atau 0,27 poin ke level US$61,58 per barel.
Insiden serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman, menjadi faktor pendorong menguatnya harga minyak pada hari ini. Dalam situasi tersebut, pelaku pasar khawatir pasokan minyak akan terganggu oleh serangan tersebut.