Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CALON EMITEN : Revaluasi Aset Kerek Laba Bima Sakti Pertiwi

Revaluasi aset yang dilakukan calon emiten properti, PT Bima Sakti Pertiwi berhasil mempercantik raihan laba perseroan pada akhir tahun lalu.
Jajaran komisaris dan direksi PT Bima Sakti Pertiwi menyampaikan siap masuk pasar modal Indonesia, dengan melepas 625 juta saham ke publik, Jumat (14/6/2019)./Bisnis-Novita Sari Simamora
Jajaran komisaris dan direksi PT Bima Sakti Pertiwi menyampaikan siap masuk pasar modal Indonesia, dengan melepas 625 juta saham ke publik, Jumat (14/6/2019)./Bisnis-Novita Sari Simamora

Bisnis.com, JAKARTA--Revaluasi aset yang dilakukan calon emiten properti, PT Bima Sakti Pertiwi berhasil mempercantik raihan laba perseroan pada akhir tahun lalu.

Pada 2018, laba usaha Bima Sakti Pertiwi (BSP) mencapai Rp341,88 miliar, melejit dari posisi Rp26,27 miliar, atau naik sekitar 13 kali. Kenaikan ini karena ada pos penghasilan usaha lainnya senilai Rp324,55 miliar yang berasal dari revaluasi aset.

Mengutip prospektus, nilai wajar atas properti investasi perseroan pada 2018 mencapai Rp493,56 miliar, dan diperoleh selisih Rp324,87 miliar. Objek penilaian berupa mal, hotel, tanah kosong, rumah toko, mesin, peralatan dan kendaraan.

Direktur Bima Sakti Pertiwi Leonardus Sutarman mengatakan, penghasilan usaha tersebut berasal dari revaluasi properti investasi. Dia mengungkapkan, setiap tahun perseroan melakukan revaluasi.

"Setiap tahun, kami melakukan revaluasi aset. Kenaikan laba karena ada revaluasi aset sehingga ada kenaikan laba bersih dan ekuitas sehingga struktur permodalan kami jadi lebih kuat dan kokoh," ungkapnya di Jakarta, Jumat (14/6/2019).

Di sisi lain, target laba usaha perseroan pada 2019 dan 2020 masing senilai Rp23 miliar dan Rp34 miliar. Target EBITDA pada 2019 dan 2020 masing-masing senilai Rp33 miliar--Rp44 miliar.

Perseroan memproyeksikan pendapatan pada 2019 dan 2020 masing Rp84 miliar dan Rp94 miliar. Pada 2018, pendapatan yang dikantongi calon emiten ini mencapai Rp75,25 miliar, atau turun 8,35% dari posisi Rp82,11 miliar pada 2017.

Pendapatan perseroan terdiri dari penyewaan ruang usaha sebesar Rp34,6 miliar dan segmen pengelolaan gedung senilai Rp40,6 miliar.

Segmen penyewaan ruang usaha perseroan berasal dari Mal Pekanbaru yang telah beroperasi sejal 2003, dengan luas bangunan 55.244 m2. Mal ini memiliki 500 kios. Mal ini menjadi pendapatan berulang perseroan.

Selain mal Pekanbaru, perseroan juga memiliki gedung bertingkat 8, yang berada di sebelah mal tersebut, dengan luas 17.407 m2. Gedung ini disewakan kepada PT Jatra Mandiri Indonesia sampai 2029.

Perusahaan asal Pekanbaru ini juga mencatatkan laba kotor yang menurun dari posisi Rp39,48 miliar pada 2017 menjadi Rp32,32 miliar pada 2018.

Calon emiten berencana melakukan pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 2 Juli 2019. Perseroan akan melepas sebanyak 625 juta saham atau setar 20% dari modal yang ditempatkan dan disetorkan, dengan target dana senilai Rp63 miliar.

VP Investment Bank Danatama Makmur Jonni Effendy mengungkapkan, Bima Sakti Pertiwi menawarkan harga perdana saham sekitar Rp100-Rp200 per saham. Dengan harga tersebut maka valuasi Bima Sakti Pertiwi sekitar 27 kali-50 kali.

Dia mengklaim, bisnis calon emiten ini lebih baik dibandingkan dengan industri properti yang memiliki price per earning (PE) negatif.

"Harga sekitar Rp100-Rp200 per saham, dengan PE 27 kali-50 kali," katanya.

BSP berencana menggunakan dana hasil intial public offering (IPO) sebesar 88% untuk belanja modal, di mana 66% untuk penambahan serta perbaikan fasilitas gedung karena usia gedung perseroan telah lebih dari 15 tahun.

Sisanya akan digunakan untuk pembelian tanah yang berlokasi di belakang area mal Pekanbaru seluas 1.200 m2 dengan tujuan pengembangan usaha di masa yang akan datang.

Saat ini, total landbank yang dimiliki Bima Sakti Pertiwi mencapai 8.000m2. Dia menambahkan, landbank akan digunakan untuk membangun apartemen pada 2023 yang bakal tersambung dengan pusat perbelanjaan.

"Gambar untuk pembangunan apartemen sudah ada, kami juga belum melakukan feasibility study. Kami akan lakukan rights issue. Kami juga akan melakukan pembangunan extention mall," tutup Leonardus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper