Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan Chitato rasa Indomie goreng yang sukses pada awal 2016 silam, boleh jadi menginspirasi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merilis Indomie goreng rasa Chitato pada pertengahan Mei kemarin.
Inovasi produk ini memperkuat posisi perseroan sebagai pemimpin pasar mi instan menggarap segmen premium.
Axton Salim, Direktur Indofood CBP Sukses Makmur, dalam video di akun instragram miliknya, menunjukkan produk baru itu sebagai kado ulang tahun Chitato yang ke 30 tahun. Sebelumnya, emiten dengan kode saham ICBP ini, merilis Indomie Special Quality Noodle sebagai seri koleksi premium.
Pada saat yang sama, entitas anak Indofood Sukses Makmur mengenalkan Indomie Telor Asin yang menjadi viral di media sosial. Di 2018, perseroan juga merilis 3 produk baru edisi khusus Asian Games, di samping produk Pop Mie seri pedas.
Segmen mi instan memang menjadi penopang penjualan ICBP. Hingga kuartal I/2019, penjualan bersih mi instan mencapai Rp7,45 triliun atau setara dengan 66,21% dari total penjualan bersih sebesar Rp11,26 triliun.
Penjualan segmen mi instan sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, naik 13,69% secara tahunan. Sementara itu, kontributor terbesar berikutnya berasal dari segmen dairy sebesar 18,25% terhadap total penjualan.
Baca Juga
Axton Salim mengatakan, perseroan meluncurkan Indomie berbagai rasa mulai dari Indomie goreng Aceh, Indomie Soto, hingga yang terbaru Indomie rasa Chitato untuk memenuhi permintaan pasar. Inovasi ini sekaligus untuk menyasar pasar yang relevan dan melebarkan pasar, baik di segmen atas, menengah, atau bawah.
Perseroan juga melakukan penetrasi penjualan ritel melalui e-store seperti Tokopedia, Elevania, dan IDMarco. "Indofood masuk ke ecommerce seperti Tokopedia, Elevania, dan IDMarco sebagai e-storenya Indomie, Pop Mie, dan Chitato," katanya belum lama ini.
Inovasi dan strategi tersebut diharapkan dapat mendorong pendapatan perseroan yang ditargetkan dapat tumbuh pada level high single digit. Penjualan bersih ICBP tumbuh 13,92% secara tahunan menjadi Rp11,26 triliun pada kuartal I/2019. Pada periode itu, laba periode berjalan tumbuh 17,94%.
Belanja modal sebesar Rp3,9 triliun disipakan untuk ekspansi perseroan pada tahun ini. Di 2019, perseroan mengharapkan pertumbuhan di level high single digit, serta margin laba usaha di kisaran low double digit hingga mid teen.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menjadikan saham ICBP sebagai top pick di sektor saham consumer, dengan target harga Rp11.800 mencerminkan proyeksi PE 27,3 kali.
ICBP dinilai memiliki penetrasi pasar domestik yang tinggi dan mendominasi di segmen mi instan. Di samping itu, ICBP mampu meningkatkan permintaan pasar melalui mi instan rasa baru dan strategi premiumisasi untuk menaikkan harga.
Perseroan diperkirakan dapat mencapai pendapatan tumbuh 10,4% secara tahunan dan laba bersih tumbuh 10,2% secara tahunan pada 2019. Jika mengacu pada realisasi 2018, analis memperkirakan pendapatan dan laba bersih perseroan dapat mencapai masing-masing Rp42,41 triliun dan Rp5,13 triliun pada 2019.
"Di antara perusahaan konsumen di bawah jangkauan kami, kami percaya valuasi ICBP masih menarik," katanya.
Benny Kurniawan, analis PT JP Morgan Sekuritas Indonesia, meningkatkan rekomendasi ICBP menjadi netral dari underweight, dengan target harga Rp10.100 dengan potensi kenaikan 4%.
Analis memperkirakan proyeksi pendapatan perseroan dapat tumbuh 13% pada 2019 dan 9% pada 2020. Proyeksi ini mencerminkan margin susu yang lebih baik dan volume mie tumbuh lebih kuat.
Pada penutupan perdagangan Kamis (13/6/2019), saham ICBP parkir di level Rp10.000, turun 150 poin atau melemah 1,48%. Meski demikian, dalam setahun terakhir saham ICBP telah menguat 21,95%.