Bisnis.com, JAKARTA— Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut perbedaan pandangan dengan organisasi negara pengekspor minyak atau OPEC terkait dengan harga wajar untuk komoditas tersebut.
Dilansir melalui Reuters, Jumat (7/6/2019), Putin belum mengungkapkan apa yang akan ditempuh oleh Rusia dan mitranya di pasar minyak pada semester II/2019. Akan tetapi, dia menekankan bahwa permintaan minyak yang lebih tinggi di musim panas harus diperhitungkan.
Dia berjanji akan melanjutkan kerja sama dengan OPEC kendati Rusia dan Arab Saudi memiliki perbedaan terkait harga wajar atau fair price untuk komoditas minyak.
“Lihatlah harga per barel yang digunakan Arab Saudi untuk menghitung anggarannya. Ini jauh lebih tinggi dari kami,” ujar Putin seperti dikutip melalui Reuters, Jumat (7/6/2019).
Menurut salah seoran pejabat Dana Moneter Internasional (IMF), Arab Saudi akan membutuhkan harga minyak di kisaran US$80—US$90 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya tahun ini. Saat ini, komoditas itu diperdagangkan lebih dari US$60 per barel karena perselisihan perdagangan global.
Putin menyebut harga US$60—US$65 per barel sudah cocok untuk Rusia. Menurutnya, keputusan OPEC dan sekutu harus memperhitungkan penurunan produksi di Iran dan Venezuela serta masalah di Libya dan Nigeria.
OPEC dan produsen minyak besar dunia yang dipimpin Rusia akan bertemu di Wina, Austria, pada Juni 2019 atau awal Juli 2019. Pertemuan itu untuk memutuskan kebijakan mereka untuk paruh tahun berikutnya karena kesepakatan saat ini telah berakhir.
Sebelumnya, mereka telah sepakat untuk memotong produksi gabungan sebanyak 1,2 juta barel per hari atau lebih dari 1% produksi global dari Januari 2019 hingga akhir Juni 2019. Langkah tersebut untuk mendukung harga minyak dan menyeimbangkan pasar global minyak mentah.