Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Pertahankan Rebound Saat Bursa Asia Loyo

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 1,51 persen atau 88,95 poin ke level 6.029,58 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Jumat (5/4/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Jumat (5/4/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan mempertahankan rebound-nya pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (23/5/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 1,51 persen atau 88,95 poin ke level 6.029,58 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya, setelah dibuka rebound dengan penguatan 0,07 persen atau 4,40 poin ke level 5.944,03.

Sepanjang perdagangan sesi I hari ini, IHSG bergerak di level 5.942,17 – 6.036,55. Adapun perdagangan Rabu (22/5), IHSG ditutup melemah 0,2 persen atau 11,74 poin ke level 5.939,64.

Seluruh sembilan sektor menetap di zona hijau, didorong oleh sektor infrastruktur yang menguat 2,44 persen, disusul sektor finansial dengan penguatan 1,87 persen.

Sebanyak 290 saham menguat, 111 saham melemah, dan 232 saham stagnan dari 633 saham yang diperdagangkan.

IHSG bertahan menguat di saat bursa saham Asia bergerak melemah pada perdagangan hari ini, dengan indeks Topix dan Nikkei 225 melemah masing-masing 0,44 persen dan 0,7 persen.

Sementara itu, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 melemah 0,93 persen dan 1,23 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1,55 persen.

Dilansir Bloomberg, bursa saham Asia melemah pada perdagangan hari ini karena kekhawatiran atas ketegangan AS-China semakin meningkat.

Terkait perseteruan AS-China, para ekonom berubah menjadi lebih pesimistis. Goldman Sachs Group Inc. sekarang melihat peluang yang lebih tinggi atas kebuntuan kesepakatan AS-China. Sementara itu, Nomura Holdings Inc telah bergeser ke perkiraan kenaikan tarif penuh.

"Kami tidak berpikir bahwa ada solusi semalam," kata James Johnstone, kepala pasar emerging di RWC Partners LLC, seperti dikutip Bloomberg.

“Akomodasi China sebagai kekuatan yang meningkat adalah sesuatu yang telah lama dipikirkan orang Amerika dan Barat. Ini akan menjadi akomodasi 20-30 tahun,"lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper