Bisnis.com, JAKARTA – Rasa waspada mencengkeram nilai tukar peso seiring dengan mendekatnya rilis keputusan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Filipina.
Meningkatnya spekulasi bahwa Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) akan melonggarkan kebijakan moneternya dalam pertemuan yang berakhir Kamis (9/5/2019) mengancam bakal membuyarkan rally peso di Asia pada kuartal ini.
Penurunan suku bunga acuan bisa memberi investor asing, yang sudah tidak terlalu tertarik membeli obligasi Filipina, alasan untuk menjual surat utang lokal.
“Pemangkasan suku bunga kemungkinan akan menyebabkan koreksi pada imbal hasil obligasi lokal, yang pada gilirannya akan membatasi keuntungan dari aktivitas carry trade karena perbedaan suku bunga semakin ketat,” kata Nicholas Mapa, seorang ekonom senior di ING Groep NV di Manila.
“Kemungkinan sikap kebijakan BSP yang berbalik kemungkinan akan membawa penguatan nilai tukar peso memudar,” tambahnya, seperti dikutip Bloomberg.
Risiko arus keluar obligasi, bersama dengan tekanan akibat kenaikan harga minyak dan penguatan dolar AS, terlihat membalik penguatan peso sebesar 1,3 persen terhadap greenback kuartal ini. ING memperkirakan nilai tukar peso akan melemah menjadi 53,18 per dolar AS pada akhir Juni.
Investor asing membeli bersih obligasi peso senilai US$3,9 miliar pada tahun 2018, setelah BSP menaikkan suku bunga sebesar 175 basis poin.
“Pemangkasan ini hanya masalah waktu,” ujar Gubernur BSP Benjamin Diokno pada April.
“Bukan soal apakah kami akan memangkasnya [suku bunga], tetapi kapan [itu dilakukan]. Kami sedang mempertimbangkannya. Saya yakin itu ada dalam agenda pertemuan bulanan berikutnya,” lanjut Diokno kepada Bloomberg.
Menurut estimasi median dalam survei Bloomberg, BSP akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen pada Kamis (9/5).
Nilai tukar peso terhadap dolar AS telah melonjak hampir 5 persen dari level terendahnya dalam 13 tahun pada Oktober, berkat serangkaian reformasi ekonomi, melambatnya inflasi, dan rencana untuk meningkatkan belanja infrastruktur.
Tapi meski membaiknya fundamental menyebabkan S&P Global Ratings meningkatkan peringkat kredit pemerintah Filipina pekan lalu dan memperkuat peso, analis melihat sedikit dampak lebih lanjut terhadap mata uang ini.
“Peningkatan peringkat adalah berita positif, tetapi penggerak lain seperti gambaran dolar AS, penurunan suku bunga, dan harga minyak akan lebih dominan. Dalam jangka dekat, kita bisa melihat peso kehilangan momentum,” terang Irene Cheung, senior strategist di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. di Singapura.
Peso akan melemah menjadi 52,7 per dolar AS pada akhir Juni, menurut survei Bloomberg.
“Ada bukti historis dari dolar yang kuat secara musiman pada Mei,” ujar Maximillian Lin, emerging markets Asia strategist di NatWest Markets, Singapura.
“Pemangkasan suku bunga dapat menyebabkan pinjaman yang lebih tinggi dan memperluas transaksi berjalan sehingga memberikan tekanan pada mata uang tersebut [peso].”